Oleh karena itu, emas menjadi sangat rentan terserang aksi ambil untung (profit taking). Maklum, potensi keuntungan yang bisa diraup memang tidak sedikit. Ketika ini terjadi, emas akan mengalami tekanan jual sehingga harganya turun.
“Koreksi harga emas sepertinya mulai stabil. Namun dengan makin banyaknya investor ritel yang ikut menjual emas, volatilitas harga sepertinya masih akan tinggi.
“Resisten penting selanjutnya ada di US$ 4.148/troy ons. Sepertinya penembusan di US$ 4.236/troy ons baru akan memberi konfirmasi bahwa momentum kenaikan kembali terjadi,” papar Charu Chanana, Strategist di Saxo Capital Markets Pte, seperti dilansir Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Jadi bagaimana prediksi harga emas untuk minggu depan? Apakah bisa bangkit atau malah kembali terjepit?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas masih bertahan di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 76.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Akan tetapi, RSI di atas 70 sekaligus menjadi sinyal sudah jenuh beli (overbought).
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 63. Menghuni area beli (long) yang cukup kuat.
Untuk perdagangan pekan depan, harga emas rasanya masih bisa turun lagi. Target support terdekat adalah US$ 4.006/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 3.776/troy ons berisiko menjadi target berikutnya.
Cermati pivot point di U$ 4.212/troy ons. Dari sini, harga emas berpeluang menguji resisten US$ 4.284-4.500/troy ons.
(aji)































