“Penurunan ini disebabkan berkurangnya operasi dua kapal yang menjalani perawatan.” kata managemen sebagaimana dikutip dari prospektus, Rabu (22/10/2025).
Laba kotor tahun 2024 mencapai Rp22,02 miliar, turun 13,50% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp25,46 miliar. Laba usaha juga terkoreksi 22,30% menjadi Rp16,88 miliar, dari sebelumnya Rp21,73 miliar.
Laba bersih tahun berjalan 2024 tercatat Rp17,19 miliar, turun 22,86% dari Rp22,28 miliar pada 2023. Penurunan laba terutama disebabkan peningkatan beban pokok pendapatan sebesar 6,52% menjadi Rp32,64 miliar, serta naiknya beban operasional.
Sebagai perbandingan, misal Pelayaran Jaya Hidup Baru meraup dana IPO optimal di Rp158 miliar. Perolehan ini artinya setara sekitar sembilan tahun laba. Ini dengan asumsi perolehan laba sama seperti 2024, meski tetap ada potensi pertumbuhan laba ke depan.
Secara historis, kinerja perseroan menunjukkan tren fluktuatif. Pada 2023, pendapatan turun 2,49% dibanding 2022, menjadi Rp56,09 miliar, sementara laba bersih tahun berjalan meningkat 19,96% menjadi Rp22,29 miliar.
Per April 2025 (tidak diaudit), pendapatan perseroan tercatat Rp18,05 miliar, turun 1,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp18,38 miliar. Namun, laba kotor naik 2,37% menjadi Rp8,33 miliar, sedangkan laba bersih periode berjalan turun 22,71% menjadi Rp5,85 miliar.
Perusahaan menyatakan dana hasil IPO akan digunakan antara lain untuk pembelian tiga kapal baru. Pembelian tersebut dilakukan guna menambah kapasitas armada dan mendukung rencana bisnis lima tahun ke depan, dengan target peningkatan pendapatan menjadi Rp144 miliar atau naik 100% dibandingkan realisasi 2024.
(dhf)































