Logo Bloomberg Technoz

“Penurunan yield SUN menjadi sinyal ekspektasi pasar terhadap peluang pemangkasan BI Rate besok. Pasar tampaknya berspekulasi Bank Indonesia masih akan melanjutkan pemangkasan suku bunga 25 bps menjadi 4,5% dan menoleransi depresiasi rupiah yang terbatas dalam rentang operasional Rp 16.700-16.900/US$,” jelas riset Mega Capital Sekuritas.

Mega Capital Sekuritas memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 16.550-16.650/US$ hari ini.

Akan tetapi, rupiah perlu berhati-hati karena dolar AS sepertinya mulai bangkit. Kemarin, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 0,17% ke 98.559.

Indeks ini sudah menguat dua hari beruntun. Selama dua hari tersebut, terjadi kenaikan 0,23%.

Dollar Index (Sumber: Bloomberg)

Namun meski naik, gerak Dollar Index sepertinya masih relatif terbatas. Sebab, secara umum sentimen negatif masih membayangi langkah mata uang Negeri Adidaya.

Setelah sempat tertunda akibat penutupan sementara (shutdown) pemerintahan AS, Bureau of Labor Statistics dijadwalkan untuk merilis data inflasi akhir pekan ini. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi inti pada September akan berada di 0,3% secara bulanan. Secara tahunan, laju inflasi inti diperkirakan 3,1%.

“Inflasi inti pada September mungkin akan sedikit melambat karena penurunan harga karena dampak kenaikan tarif bea masuk sudah mereda. Namun harga energi sepertinya akan mendongkrak inflasi umum,” kata Oscar Munoz dari TD Securities, seperti diwartakan Bloomberg News.

Data inflasi September sepertinya akan meneguhkan keyakinan pelaku pasar bahwa Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan ini. Berdasarkan CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75-4% mencapai 99,4%.

Saat suku bunga turun, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi kurang menarik. Ini membuat dolar AS rentan terserang aksi jual.

(aji)

No more pages