Lebih lanjut, Eniya mengatakan Kementerian ESDM sedang menyusun keputusan menteri (kepmen) terkait dengan peta jalan mandatori bioetanol tersebut.
“Kepmennya lagi dibahas. Kepmen itu akan mandatori E5 dulu atau bagaimana? Ini kan lagi dibahas,” ucap Eniya.
Peneliti independen sektor energi Akhmad Hanan memprediksi rencana mandatori E10 akan membutuhkan kapasitas produksi bioetanol sebanyak 890.000 kl, jika pemerintah mengimplementasikannya pada 2026.
Dalam kaitan itu, Akhmad menegaskan pemerintah harus segera meningkatkan infrastruktur dan kapasitas produksi di Tanah Air jika menginginkan suplai bioetanol untuk program E10 dipasok dari dalam negeri.
“Kalau program E10 ini benar benar akan diterapkan pada 2026, kebutuhan nasional bisa mencapai lebih dari 890.000-an per tahun, dan ini masih butuh infrastruktur dan peningkatan produksi dalam negeri,” kata Akhmad ketika dihubungi, Senin (13/10/2025).
Akhmad menjelaskan bahwa kapasitas terpasang produksi etanol hingga 2024 masih sekitar 303.000 kl. Namun, realisasi produksi sepanjang 2024 masih di sekitar 161.000 kl.
“Jadi masih ada gap yang cukup jauh dengan angka kebutuhan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan program mandatori bioetanol 10% atau E10 telah direstui oleh Presiden Prabowo Subianto.
Namun, Bahlil menegaskan bahwa penerapan campuran bioetanol 10% dalam bensin masih memerlukan tahap uji coba sebelum diterapkan sebagai kebijakan energi nasional.
Selain itu, dia menyebut pemerintah tengah mendorong investasi baru untuk pembangunan pabrik pengolahan tebu dan singkong menjadi etanol, termasuk pembukaan lahan tebu di Merauke guna mendukung pengembangan industri gula dan bioetanol domestik.
Adapun, Kementerian ESDM menargetkan implementasi bauran 10% bioetanol bisa dijalankan pada 2030.
Rencana itu sesuai dengan peta jalan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN).
Dalam beleid tersebut, pemerintah menargetkan peningkatan produksi bioetanol yang berasal dari tanaman tebu paling sedikit sebesar 1,2 juta kl pada 2030.
(azr/wdh)

































