"Kita sedang menyaksikan krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkapnya sesaat sebelum Lecornu mengumumkan pengunduran dirinya.
Lecornu menghadapi masalah pelik yang sama, yang menenggelamkan pemerintahan kedua pendahulunya: harus meloloskan anggaran melalui parlemen yang terpecah belah, yang mencakup pemotongan anggaran yang tidak populer dan kenaikan pajak yang diperlukan untuk mengendalikan defisit terbesar di kawasan euro.
Pendahulu Lecornu, Francois Bayrou, terpaksa mengundurkan diri bulan lalu setelah kalah dalam mosi tidak percaya atas rencananya untuk mengurangi defisit secara drastis tahun depan. Pada Desember tahun lalu, pendahulunya, Michel Barnier, juga digulingkan karena usulan pemotongan anggaran.
"Situasi saat ini membawa kita semakin dekat pada Pemilu baru, dan dalam skenario ini, saya memperkirakan selisihnya akan naik dan menguji 100 basis poin," kata Vincent Juvyns, Kepala Strategi Investasi ING di Brussels, dalam wawancara sebelum Lecornu mengundurkan diri.
Pilihan Macron dan Lecornu untuk jabatan-jabatan penting di pemerintahan baru tidak menunjukkan perubahan arah yang dituntut partai-partai oposisi.
"Tidak akan ada stabilitas yang dapat pulih tanpa Pemilu ulang dan pembubaran Majelis Nasional," ujar Ketua Partai National Rally, Jordan Bardella kepada wartawan setelah Lecornu mengumumkan pengunduran dirinya.
(bbn)
