“Belum ada, belum ada [pengajuan perpanjangan ekspor konsentrat]. Ini proses masih fokus ke evakuasi,” kata Tri ditemui awak media di kompleks parlemen, Senin (15/9/2025).
Adapun, PTFI baru melakukan ekspor sekitar 65% dari kuota ekspor yang diberikan pemerintah sebesar 1,4 juta ton basah atau wet metric ton (wmt) konsentrat sampai dengan pertengahan Agustus 2025.
Tri menjelaskan, akibat longsor tersebut, saat ini tambang GBC berhenti beroperasional dan Freeport hanya bisa berproduksi dengan kapasitas 30% dari total kemampuan tambang.
Pada kesempatan terpisah sebelumnya, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan perseroan masih menunggu evaluasi yang akan dilakukan Kementerian ESDM terkait dengan kelanjutan ekspor konsentrat tersebut.
Menurut Tony, relaksasi ekspor yang akan berakhir pada 16 September 2025 itu mesti mendapat evaluasi dari Ditjen Minerba Kementerian ESDM terkait dengan kelanjutan kebijakan ekspor PTFI nantinya.
“Jadi sesuai dengan kepmen [keputusan menteri], memang akan dievaluasi pada saat mau berakhirnya. Itu yang kita tunggu hasil evaluasi dari pemerintah,” kata Tony ditemui, Rabu (27/8/2025).
Kendati demikan, Tony menargetkan, PTFI bisa mengoptimalkan ekspor konsentrat mencapai sekitar 90% dari kuota yang diberikan sebelum tenggat izin berakhir.
Saat ini, dia menuturkan, terdapat sejumlah kapal yang mengantre untuk mengangkut konsentrat tembaga perseroan untuk pasar ekspor.
“Mudah-mudahan cuacanya bagus sehingga loading-nya lancar untuk kemudian diekspor. Jadi harapannya pada 16 September bisa tercapai kira-kira 90%,” tegas dia.
(wdh)






























