Selanjutnya, sentimen makroekonomi yakni meningkatnya spekulasi pasar terkait peluang pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed telah melemahkan indeks dolar AS.
“Seperti halnya nikel, pelemahan USD membuat tembaga lebih terjangkau, memicu minat beli. Faktor ini memberikan dorongan signifikan pada harga tembaga, yang saat ini berada di level US$10.000,” tegas dia.
Meski demikian, Wahyu memprediksi harga tembaga global bisa menyentuh US$10.800/ton jika gangguan operasional di tambang GBC Freeport berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
Sementara itu, jika operasional tambang tersebut dapat pulih dengan cepat maka harga tembaga global diprediksi mengalami koreksi turun.
Dia memprediksi nilai resistance terdekat yang akan diuji yakni pada level US$10.250/ton. Jika level tersebut, maka level resistance terdekat berada di angka US$10.500/ton.
Sementara itu, level support tembaga terkuat berada di level US$9.800/ton. Jika harga tembaga melandai ke level tersebut, ia mencermati level support berikutnya di level US$9.650/ton.
“Outlook jangka pendek cenderung bullish atau menguat. Gangguan pasokan dari Freeport dan pelemahan USD akan terus menjadi katalis positif. Harga berpotensi menguji level US$10.500,” kata Wahyu.
Untuk diketahui, Upaya evakuasi tujuh karyawan PT Freeport Indonesia (PTFI) masih terus berlanjut per akhir pekan lalu. Insiden longsor di areal pertambangan bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) terjadi pada 8 September 2025.
Lewat keterangan resmi, manajemen PTFI membeberkan longsoran itu membawa lumpur bijih atau wet muck. PTFI melaporkan insiden longsor itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIT yang menutup jalur akses, hingga mengakibatkan 7 pekerja terjebak.
“Hingga saat ini, tim penyelamat masih terus bekerja tanpa henti untuk membuka akses menuju lokasi perkiraan keberadaan karyawan,” kata VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati saat dihubungi, Sabtu (13/9/2025).
Katri menegaskan perseroannya terus melakukan upaya penyelamatan terhadap 7 pekerja yang masih terjebak itu. Di sisi lain, dia mengatakan, perwakilan keluarga dari tujuh karyawan itu telah berada di Timika dan terus mendapat pembaruan situasi secara berkala.
Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membeberkan tenggat evakuasi maksimal 30 jam dari kejadian awal telah meleset.
Hanya saja, Yuliot mengatakan, tim di lapangan telah telah membuat dua kanal terowongan baru untuk mengatasi longsoran di lokasi insiden tambang tembaga bawah tanah di Papua Tengah itu.
“Jadi 2 terowongan baru itu sudah sampai di titik lokasi awal. Ini tempat pegawai yang terjebak tadi. Namun, [pekerja] yang bersangkutan tidak ada di lokasi yang bersangkutan, karena terowongan yang ada di dalam itu kan ini berliku-liku dan juga cukup dalam,” kata Yuliot ditemui di kantor Kementerian ESDM, akhir pekan lalu.
Berdasarkan pantauan terakhir, terangnya, tim evakuator sempat menjalin komunikasi awal via handy talky (HT) dengan para pekerja yang terjebak tersebut. Akan tetapi, saat ini komunikasi tersebut terputus dan lokasi mereka belum ditemukan.
“Jadi komunikasi ini mungkin habis baterai atau apa, ini sudah putus komunikasi. Namun, tim di lapangan itu berusaha untuk melihat arahnya ke terowongan mana, karena kondisinya agak berbeda dari perkiraan awal, ini diusahakan secepatnya.”
Adapun, Grasberg merupakan tambang tembaga terbesar kedua di dunia, dan pemadaman yang berkepanjangan dapat dengan cepat memperketat pasar, memperparah kendala pasokan yang telah berlangsung lama yang telah mendorong harga tahun ini.
Hingga saat ini Freeport Indonesia mengandalkan tiga tambang yang dimiliki yakni; Grasberg Block Cave yang menghasilkan sekitar 140.000 ton bijih sehari, Deep Mill Level Zone (DMLZ) sekitar 70.000 ton bijih sehari, dan Big Gossan 7.000 ton bijih per hari dengan kadar tembaga yang lebih tinggi.
Sekadar catatan, Harga tembaga naik 0,16% dan ditutup pada US$10.067,50/ton di London Metal Exchange (LME) pada perdagangan Jumat (12/9/2025).
(azr/wdh)

































