Logo Bloomberg Technoz

Tembaga Bisa ke US$10.800 Imbas Longsor Tambang Grasberg Freeport

Azura Yumna Ramadani Purnama
15 September 2025 09:50

Bijih dituangkan ke dalam tangki di area penggilingan di kompleks pertambangan tembaga dan emas Grasberg milik Freeport di Papua./Bloomberg-Dadang Tri
Bijih dituangkan ke dalam tangki di area penggilingan di kompleks pertambangan tembaga dan emas Grasberg milik Freeport di Papua./Bloomberg-Dadang Tri

Bloomberg Technoz, Jakarta – Analis komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono memproyeksikan harga tembaga dunia berpotensi menyentuh level US$10.500—US$10.800 per ton, imbas longsor yang terjadi di tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia (PTFI).

Longsor tersebut menyebabkan tujuh pekerja terjebak di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) dan masih belum dapat dievakuasi. Akibat longsor itu, akses menuju tambang tertutup dan operasional tambang diberhentikan sementara.

Wahyu menjelaskan, sepanjang pekan lalu, harga tembaga global terkerek naik akibat sentimen gangguan operasional di tambang PTFI tersebut. Gangguan operasional itu dinilai secara langsung mengurangi pasokan salah satu tambang tembaga terbesar di dunia itu.


“Gangguan ini secara langsung mengurangi pasokan dari salah satu tambang tembaga terbesar di dunia, menciptakan kepanikan pasar dan sentimen bullish,” kata Wahyu ketika dihubungi, Senin (15/9/2025).

Pergerakan harga tembaga./dok. Bloomberg

Akan tetapi, terdapat sejumlah faktor lain yang turut mendukung kenaikan harga tembaga global tersebut. Permintaan dari sektor energi hijau seperti panel surya dan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) juga dipandang memperkuat kenaikan harga tembaga global.