Logo Bloomberg Technoz

“Jelas ekonomi berada di antara dua tekanan besar — lebih tepatnya, antara guncangan tenaga kerja dan laju inflasi yang panas,” ujar Kates.

Di Asia, pelaku pasar juga akan mencermati potensi aksi bersama AS dan Uni Eropa untuk menekan Rusia agar mau berunding soal Ukraina. Donald Trump menyatakan siap bergabung dengan blok Eropa untuk memberlakukan tarif baru terhadap China dan India — dua pembeli utama minyak Rusia. Trump juga menegaskan rencananya bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi dalam beberapa pekan ke depan guna membahas perdagangan.

Sementara itu, yen Jepang stabil pada awal perdagangan Rabu, setelah sempat melemah usai laporan Selasa yang menyebut Bank of Japan mungkin kembali menaikkan suku bunga tahun ini, meski kondisi politik domestik sedang tidak menentu.

Menjelang Rapat The Fed

Di AS, pertanyaan utama kini adalah sejauh mana data inflasi Agustus akan memengaruhi ekspektasi pasar terhadap keputusan The Fed pekan depan.

“The Fed hampir pasti memangkas 25 basis poin — kecuali terjadi penurunan inflasi yang jauh lebih tajam, yang bisa membuka peluang pemangkasan setengah poin,” tulis Ian Lyngen dan Vail Hartman dari BMO Capital Markets. “Kami yakin pemangkasan seperempat poin lebih realistis. Data inflasi Agustus lebih penting untuk menentukan di mana siklus pemangkasan berakhir, bukan bagaimana dimulai.”

Menjelang rilis data inflasi, pemerintah AS melaporkan pertumbuhan lapangan kerja ternyata jauh lebih lemah sepanjang tahun hingga Maret dibanding perkiraan sebelumnya. Jumlah pekerja diperkirakan akan direvisi turun hingga 911.000 atau 0,6% — revisi terbesar dalam sejarah — menurut data awal yang dirilis Selasa. Angka final akan dipublikasikan awal tahun depan.

CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon menilai revisi besar pada data tenaga kerja ini menjadi bukti tambahan bahwa ekonomi AS sedang melambat.

“Ekonomi memang melemah,” kata Dimon dalam wawancara dengan CNBC, Selasa. “Apakah itu menuju resesi atau sekadar pelemahan, saya belum tahu.”

(bbn)

No more pages