Logo Bloomberg Technoz

Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan tahunan atau year on year (yoy) industri TPT pada 2022 diklaim mencapai 9,34%. Di sisi lain, volume ekspor pertekstilan pada tahun lalu mencapai 1,5 juta ton atau anjlok 17% yoy.

Akan tetapi, ekspor TPT secara nilai hanya tergerus 6,5% yoy menjadi US$4,3 miliar pada 2022. Realisasi tersebut membaik dari capaian senilai US$3,6 miliar pada 2020 atau periode awal pandemi Covid-19.

Terkait dengan laporan kinerja tersebut, Agus tidak menampik industri TPT membutuhkan perhatian ekstra agar performanya dapat kembali bertaji. Terlebih, berdasarkan catatan Kemenperin, industri tekstil menyerap sekitar 1,1 juta tenaga kerja per tahun.

Dengan kontribusi anual sekitar 14% terhadap total serapan pekerja di dalam negeri, industri ini menjadi sektor padat karya kedua terbesar di Indonesia setelah makanan dan minuman (mamin).

“Jadi kalau tekstil itu kita berikan perhatian untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bisa dalam bentuk insentif, itu pasti baik.Ini pasti akan kami bicarakan, kami pantau terus seberapa besar tertekannya industri TPT,” kata Agus.

Dia menyebut perusahaan pertekstilan membutuhkan insentif keringanan pajak energi untuk menghemat biaya produksi. Kendati demikian, selain keringanan fiskal, masih banyak insentif lain yang bisa saja digelontorkan ke sektor TPT.

“Insentif macam-macam, bisa dalam bentuk [keringanan] pajak, energi murah, biaya masuk ditanggung pemerintah, biaya bahan baku. Ada begitu banyak opsi untuk kita berikan insentif,” ujar Agus. 

Ilustrasi Pabrik Tekstil. (Dimas Ardian/Bloomberg)


Mengutip data terbaru Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia menembus 13.634 orang per kuartal I-2023.

Korban PHK terbanyak tercatat berasal dari wilayah Jawa Barat sejumlah 5.603 orang, disusul Jawa Tengah 4.887 orang. Kedua provinsi tersebut diketahui merupakan basis industri TPT di Tanah Air.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto tidak menampik PHK di sektor TPT masih berlanjut pada 2023, sejalan dengan proyeksi bahwa kinerja industri tersebut justru akan kian melemah tahun ini.

“Sekarang makin melemah. Belum tentu naik lagi, malah bisa cenderung turun. Kan [industri TPT] ini tergantung sama [permintaan] dunia, bukan hanya [permintaan dari] Indonesia. Industri tekstil domestik kuartal I-2023 ini juga masih babak belur, karena banyaknya impor ilegal baju bekas masuk ke Indonesia. Salah satunya karena itu, meski itu bukan satu-satunya faktor. Dari sebelum pandemi, kita sudah minta aparat untuk menindak itu secara tegas,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Sabtu (27/5/2023).

Anne –yang juga Vice CEO PT Pan Brothers Tbk. (PBRX)– pun mengungkapkan, ke depannya, serapan tenaga kerja di sektor TPT akan cenderung terus menurun, bahkan jika permintaan pulih dan kondisi perekonomian global membaik. Penyebabnya, pengusaha sudah tidak sanggup lagi menangani dampak inflasi terhadap biaya produksi sektor pertekstilan di dalam negeri.

Salah satu biaya produksi yang dimaksud Anne adalah upah tenaga kerja. Menurutnya, inflasi dan biaya upah pekerja yang makin tinggi membuat produk pertekstilan Indonesia kian tak kompetitif di pasar global.

(wdh)

No more pages