“Apabila hanya oleh negara atau BUMN akan sangat terbatas kemampuan dan kapasitasnya. Untuk itu, masih harus melibatkan dan butuh investor terutama untuk pembiayaan, tentunya dengan skema penguasaan penuh masih ada pada negara dan dengan syarat serta kondisi tertentu,” kata Bisman ketika dihubungi, Kamis (28/8/2025).
Belum Kompeten
Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli pun menilai pengembangan LTJ tersebut perlu dilakukan bersama pihak swasta yang memiliki kemampuan finansial, kompetensi, dan teknologi mumpuni–utamanya pada tahap eksplorasi yang membutuhkan kompetensi khusus.
Dia berpendapat pemerintah bisa menugaskan BUMN atau pihak swasta untuk terlibat dalam kegiatan eksplorasi dan pengembagnan tersebut. Terlebih, jika hanya dilakukan oleh negara maka diprediksi kegiatan tersebut akan terbentuk keterbatasan anggaran.
“Sebaiknya memang mengarahkan BUMN dan swasta baik dalam negeri maupun asing dalam pengembangan LTJ ini. Pemerintah fokus kepada pengembangan kebijakan yang kondusif untuk iklim investasi di bidang ini,” kata Rizal ketika dihubungi, Kamis (28/8/2025).
Dia menegaskan pemerintah perlu membentuk iklim investasi dan regulasi yang kondusif agar pihak swasta maupun asing berminat berinvestasi pada pengembangan LTJ, mengingat tingkat keberhasilan kegiatan eksplorasi terkadang memiliki peluang kecil untuk berhasil.
“Dalam suatu seminar IMA menyampaikan bahwa keberhasilan eksplorasi untuk sampai mendapatkan cadangan yang dapat dikembangkan secara teknis, ekonomis dan layak lingkungan sangat kecil prosentasenya,” tegas dia.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan kementeriannya bakal menyiapkan sejumlah blok tambang untuk riset lebih lanjut LTJ.
Bahlil mengatakan riset itu bakal dikerjakan intensif oleh Badan Industri Mineral yang dipimpin Brian Yuliarto, kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktiristek).
“Kepalanya kan langsung Mendiktiristek, tetapi tambangnya ESDM yang akan serahkan tambang mana saja yang dibutuhkan negara,” kata Bahlil di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Bahlil berharap Badan Industri Mineral itu bisa mengerek kegiatan riset dan eksplorasi lanjutan LTJ di dalam negeri. Menurut dia, lembaga baru itu menjadi arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mengoptimalkan cadangan mineral domestik khususnya pada sektor LTJ.
Untuk diketahui, LTJ atau rare earth elements (REE) merupakan kelompok unsur logam yang dalam tabel periodik termasuk ke dalam 15 unsur deret lantanida yaitu lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm).
Lalu, europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), dan lutetium (Lu). Ditambah dua unsur lain yakni scandium (Sc) dan yttrium (Y).
LTJ biasanya dijumpai pada berbagai jenis deposit seperti batuan beku peralkalin, deposit iron-oxide-copper-gold, intrusi batuan beku pegmatit, batuan metamorf, dan endapan sekunder berupa endapan aluvial laterit.
“Endapan logam tanah jarang terdiri atas endapan primer dan endapan sekunder. Endapan primer berkaitan erat dengan proses magmatik dan hidrotermal, sedangkan endapan sekunder berhubungan dengan aktivitas pelapukan dan endapan sedimentasi yang terbentuk pada berbagai lingkungan seperti sungai, pantai, kipas aluvial dan delta,” tulis Kementerian ESDM dalam situs resminya.
LTJ juga bisa terkumpul di sisa endapan mineral yang terbentuk di permukaan bumi, seperti pada nikel laterit, bauksit, dan timah plaser.
(azr/wdh)


































