Logo Bloomberg Technoz

Mengutip situs resmi Kementerian ESDM, LTJ atau REE merupakan kelompok unsur logam yang dalam tabel periodik termasuk ke dalam 15 unsur deret lantanida yaitu lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm).

Lalu, europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), dan lutetium (Lu). Ditambah dua unsur lain yakni scandium (Sc) dan yttrium (Y).

LTJ biasanya dijumpai pada berbagai jenis deposit seperti batuan beku peralkalin, deposit iron-oxide-copper-gold, intrusi batuan beku pegmatit, batuan metamorf, dan endapan sekunder berupa endapan aluvial laterit.

“Endapan logam tanah jarang terdiri atas endapan primer dan endapan sekunder. Endapan primer berkaitan erat dengan proses magmatik dan hidrotermal, sedangkan endapan sekunder berhubungan dengan aktivitas pelapukan dan endapan sedimentasi yang terbentuk pada berbagai lingkungan seperti sungai, pantai, kipas aluvial dan delta,” tulis Kementerian ESDM dalam situs resminya, dikutip Rabu (27/8/2025).

LTJ juga bisa terkumpul di sisa endapan mineral yang terbentuk di permukaan bumi, seperti pada nikel laterit, bauksit, dan timah plaser.

Sampel Logam Tanah Jarang (Peter Kollanyi/Bloomberg)

Bagaimana potensi tanah jarang di Indonesia?

Mengutip Buku Tambang Tanah Jarang 2020 milik Kementerian ESDM, dijelaskan bahwa terdapat beberapa potensi LTJ di Tanah Air. Pertama, potensi monazite dan xenotime dari pengolahan bijih timah seperti di Bangka Belitung.

Kedua, terdapat potensi zirconium silicate dari pengolahan bijih timah dan emas di dalam pasir zirkon di wilayah tambat pasir Kalimantan.

Ketiga, terdapat potensi rare earth ferrotitanates dari residu hasil pengolahan bauksit menjadi alumina di Red Mud Kalimantan Barat.

Keempaat, terdapat potensi bijih nikel laterit dengan spesifikasi tertentu dari pengolahan bijih nikel laterit melalui proses hidrometalurgi high pressure acid leaching atau HPAL di tambang nikel limonit di Sulawesi.

Kementerian ESDM juga melaporkan terdapat beberapa potensi LTJ lainnya dari batuan granit, abu batu bara, dan sejumlah mineral lainnya.

Ilustrasi magnet tanah jarang, (Kiyoshi Ota/Bloomberg)

Untuk apa saja pengembangan industri tanah jarang di RI?

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada 2020 yang dikutip Kementerian ESDM, terdapat tiga industri utama yang diprediksi menjadi industri yang banyak memanfaatkan LTJ.

Pertama, industri elektronik. Dijelaskan bahwa LTJ bisa digunakan untuk magnet permanen untuk membuat baterai alat elektronik portabel, kendaraan listrik, turbin penghasil energi ramah lingkungan, katalis pemecah cairan pada penyulingan minyak mentah, pembuatan layar televisi hingga cip silikon.

Lalu, CFL (computer fluorescent lamps), alat pemindai, sebagai fosfor yang memberi warna terutama pada lensa, bahan pembuat mesin sinar-x portabel, dan tabung sinar-x, MRI (magnetic resonance imagery, aplikasi perawatan kanker).

Kedua, industri otomotif. Logam tanah jarang disebut digunakan dalam pengembangan industri otomotif sebab unsur LTJ seperti neodymium, praseodymium, dysprosium, dan terbium dipakai dalam pembuatan motor listrik dan generator mobil hibrid.

Selanjutnya, unsur lainnya seperti lanthanum, neodymium, dan cerium digunakan dalam baterai isi ulang jenis nickel-metal hydride (NiMH).

Ketiga, industri pertahanan. Beberapa material alutsista menggunakan unsur LTJ sebagai unsur paduan antara lain material Terfenol-D, paduan tiga logam terdiri dari Terbium (Te), Iron (Fe), dan Dysprosium (Dy) sebagai material peredam gelombang sonar pada teropong bidik senapan malam (TBSM) untuk material optic Yttrium aluminium garnet (Y3Al5O12) - YAG dan yang lainnya.

Ilustasi area deposito mineral tanah jarang (dok Bloomberg)

Seperti apa sebaran potensi tanah jarang di Indonesia?

Berdasarkan data Badan Geologi per 2020, terdapat 28 wilayah di Indonesia yang memiliki potensi LTJ. Berikut daftarnya:

Sumatra & Kepulauan sekitarnya:

  1. Provinsi Riau : LTJ pada batuan granit
  2. Tanjung Pandan (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ pada batuan granit
  3. Tikus dan Badaw (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ pada lapukan granit
  4. Bangka Belitung : LTJ pada batuan granit
  5. Humbang Hasundutan (Sumatra Utara) : LTJ pada lapukan granit
  6. Bangka Selatan (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ plaser
  7. Pulau Bintan (Kepulauan Riau) : LTJ pada bauksit
  8. Bangka Selatan (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ pada tailing timah
  9. Pulau Bangka (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ plaser
  10. Pulau Jemaja (Kepulauan Riau) : Endapan LTJ yakni monasit dan xenotim
  11. Bangka (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ plaser
  12. Bangka Selatan (Kepulauan Bangka Belitung) : LTJ plaser endapan timah
  13. Lingga (Kepulauan Riau) : LTJ pada endapan timah
  14. Belitung Timur (Kepulauan Riau) : LTJ pada batuan granit
  15. Pegunungan Tigapuluh (Riau) : LTJ pada batuan granit
  16. Cekungan Sumatra Selatan (Sumatra Selatan) : LTJ pada batu bara

Kalimantan:

  1. Matan Hilir (Kalimantan Barat) : LTJ pada tailing emas
  2. Capkala (Kalimantan Barat) : LTJ pada tipe endapan ball clay
  3. Landak (Kalimantan Barat) : LTJ pada tailing emas
  4. Ketapang (Kalimantan Barat) : LTJ pada laterit
  5. Kendawangan (Kalimantan Barat) : LTJ pada tailing emas
  6.  Seruyung dan Lamandau (Kalimantan Tengah) : LTJ pada endapan plaser
  7. Ketapang (Kalimantan Barat) : LTJ pada endapan timah

Sulawesi:

  1. Buton (Sulawesi Tenggara) : LTJ pada laterit
  2. Banggai (Sulawesi Tengah) : LTJ pada laterit
  3. Mamuju (Sulawesi Barat) : LTJ pada batuan kalium

Jawa:

  1. Pamarican (Jawa Barat) : LTJ pada batuan fosfatik
  2. Dieng (Jawa Tengah) : LTJ Primer

(azr/wdh)

No more pages