BPOM menargetkan pengurangan ketergantungan impor dengan membangun ekosistem regulasi berbasis riset dan data ilmiah. Kashuri, pejabat Deputi 2 BPOM, menegaskan setiap klaim khasiat harus dibuktikan secara ilmiah, mencontoh praktik ketat di China. “Kita harus mengubah industri lokal agar bisa memenuhi persyaratan internasional,” ujarnya.
WHO menilai langkah ini sejalan dengan Traditional Medicine Strategy 2025-2034, yang mendorong integrasi pengobatan tradisional ke sistem kesehatan nasional secara aman dan berbasis bukti. Melalui forum ini, Indonesia juga mempelajari praktik terbaik negara lain, termasuk integrasi obat tradisional dalam pelayanan modern di China dan India.
BPOM berharap kerja sama dengan WHO bisa mempercepat transformasi industri obat tradisional, yang selama ini dianggap potensial namun lemah di aspek mutu. “Kemandirian farmasi adalah bagian dari ketahanan nasional. Industri obat tradisional harus tumbuh dengan daya saing global, tanpa mengorbankan keamanan dan mutu,” tegas Taruna.
Langkah ini diposisikan bukan sekadar teknis, melainkan strategi nasional: memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia agar bernilai ekonomi dan kesehatan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada produk impor.
(fik/spt)
