"Misalnya di bidang konstruksi di perumahan itu kan penciptaan lapangan kerja banyak, sehingga kenapa program perumahan itu juga betul-betul menjadi prioritas," jelasnya.
"Kalau perumahan maju, pasirnya, beli pasirnya nambah, batanya nambah, semennya nambah, besinya nambah, gentengnya nambah, sehingga itu mendorong sektor-sektor yang lain di pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait atau Ara mengungkap, kuota rumah subsidi di tahun 2025 meningkat mencapai 350 ribu unit, angka ini naik dari kisaran 200 ribu unit pada tahun sebelumnya.
"Karena rumah subsidi ini pertama kali, itu kuota meningkat biasanya 200.000-an, tahun ini ada 350.000 berkat dukungan Presiden Prabowo dari Gubernur Bank Indonesia, DPR dan Menteri Keuangan. Jadi kita luar biasa," kata Ara, (31/7) lalu.
Ara mengungkap, adapun sebaran alokasi rumah subsidi yang ditetapkan bagi kelompok petani sebanyak 20.000 unit, nelayan 20.000 unit, buruh 20.000 unit, dan wartawab 3.000 unit. Kemudian, supir 8.000 unit dan guru sebanyak 20.000 unit.
Skema pembiayaan rumah subsidi menggunakan suku bunga sebesar 5% karena, jauh lebih rendah dibandingkan skema rumah komersial yang mencapai 12%. Hal ini diklaim menjadi satu terobosan yang menarik dan banyak peminat, kata Ara.
"Salah satu terobosan adalah karena ini menarik, bunganya hanya 5% karena subsidi, kalau komersial 12%," jelasnya.
Ara menyampaikan bahwa masyarakat hanya dibebani uang muka atau DP sebesar 1% saja. Dengan demikian, peminat rumah subsidi ini terbilang banyak. "Kemudian DP 1% jadi peminatnya banyak sekali," jelasnya.
(mef/wdh)



























