Logo Bloomberg Technoz

BMKG Peringatkan Efek El Nino, Puncak Kekeringan Juli-September

Ezra Sihite
07 June 2023 10:20

Pertanian yang terdampak kekeringan parah pada Kamis (6/4/2023). (Natalia Favre/Bloomberg)
Pertanian yang terdampak kekeringan parah pada Kamis (6/4/2023). (Natalia Favre/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Terjadinya El Nino semakin pasti. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, Indonesia karena itu perlu mewaspadai kekeringan dan minimnya curah hujan. Lebih lagi hal tersebut akan meningkatkan kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Diketahui kekeringan akan mempengaruhi lahan pertanian dan kekurangan air akan menyebabkan dampak buruk pada hasil pertanian.

El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Adanya pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. 

"Langkah-langkah strategis perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan. Utamanya sektor-sektor yang sangat terdampak seperti sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," ungkap Kepala BMKG Dwikorita di Jakarta, Selasa (6/6/2023) sebagaimana dikutip dari rilis pers. 

Berdasarkan pengamatan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudra Pasifik, La Niña telah berakhir pada Februari 2023. Sepanjang periode Maret-April 2023 terindikasi tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik pada periode tersebut.