Dia mencontohkan skema protokol seperti ini telah diterapkan di Nongsa Digital Park (NDP) di Batam, yang diklaim memiliki standar keamanan tinggi baik secara digital maupun fisik.
Dia juga memastikan jika transfer data untuk kebutuhan sistem pembayaran lintas negara, termasuk layanan kartu seperti Mastercard dan Visa, tetap tunduk pada aturan perlindungan data pribadi dan mekanisme keamanan seperti One-Time Password (OTP) dan Know Your Customer (KYC).
"Sehingga, data security itu menjadi penting dan inilah yang diperlukan protokol yang kuat untuk melindungi data dalam transaksi. Baik itu digunakan melalui cloud computing maupun ke depannya akan semakin banyak lagi penggunaan AI. Karena AI adalah data mining atau scrolling dari seluruh data yang ada di digital," ujar Airlangga.
"Nah, kemudian data tersebut tentu terus diawasi oleh otoritas Indonesia yang juga berdasarkan kehati-hatian dan berdasarkan hukum nasional tentang perlindungan data pribadi. Pemerintah memastikan bahwa data ini dilakukan dalam kerangka yang secure, reliable, dan data governance," tegasnya.
Terkait kekhawatiran publik soal potensi penyalahgunaan data seperti KTP dan identitas sensitif lainnya, Airlangga kembali menegaskan semua akses data dilakukan berdasarkan izin pengguna, dan otoritas Indonesia tetap menjadi pengawas utama berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).
Saat ini, dia mengklaim setidaknya 12 perusahaan teknologi AS telah mendirikan atau merencanakan pembangunan pusat data (data center) di Indonesia, seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft, Google Cloud, Equinix hingga Oracle yang tengah menjajaki ekspansi ke Batam. Total investasinya diperkirakan mencapai US$6 miliar.
Menjawab bentuk regulasi lanjutan untuk skema pertukaran data ini, Airlangga menyebut protokol sudah disiapkan dan akan terus diperkuat dalam kerangka tata kelola data nasional. Pemerintah juga sedang mendalami kerangka kerja sama digital regional seperti ASEAN Digital Economic Framework Agreement (DEFA) yang mencakup sistem pembayaran hingga integrasi data.
"Jadi, sebetulnya ini dasar dari praktiknya saja dan Amerika juga melihat pentingnya data center ada di wilayah Indonesia. Sehingga, data center adalah salah satu investasi yang besar di Indonesia, selain hilirisasi," pungkasnya.
(prc/ros)

































