Logo Bloomberg Technoz

Akibat puncak musim kemarau tersebut, dia mengatakan potensi kebakaran lahan di Riau berada pada tingkat “sangat tinggi” sejak 23 hingga 24 Juli 2025, menurun sementara di 25-26 Juli 2025, dan kembali meningkat di akhir bulan.

BMKG juga mengingatkan agar data hotspot perlu dianalisis secara cermat. “TIdak semua hotspot dari satelit luar negeri itu akurat. Bahkan ada yang hanya akibat refleksi panas permukaan, bukan dari kebakaran lahan,” katanya. 

Sistem satelit dalam negeri seperti SiPongi lebih bisa diandalkan karena mampu membedakan tingkat kepercayaan titik panas dan memantau secara real-time.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Seto Sugiharto mengatakan bahwa tinggi muka air tanah (TMAT) di lahan gambut Riau saat ini sudah mencapai rata-rata 1 meter di bawah permukaan. Pekan depan, BMKG menargetkan TMAT bisa naik hingga di atas 40 cm agar lahan tidak mudah terbakar.

Seto menjelaskan bahwa saat ini Indonesia memiliki enam pesawat untuk operasi TMC yang akan dioptimalkan bekerja sama dengan BNPB. “Kami targetkan bisa menampung air dari 25 hingga 28 Juli. Karena awal Agustus nanti curah hujan kembali menurun,” tegasnya.

BMKG terus memperbarui prediksi cuaca harian dan berkoordinasi intensif dengan BNPB untuk menyesuaikan lokasi penyemaian awan berdasarkan potensi pertumbuhan awan hujan. Dengan curah hujan rendah, tingginya suhu permukaan, dan kondisi lahan gambut yang mengering, wilayah Riau memerlukan kewaspadaan ekstra dari semua pihak. BMKG menyerukan kolaborasi lintas sektor untuk mengantisipasi dan menekan risiko bencana karhutla yang bisa meluas jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.

(fik/spt)

No more pages