Selain peluang re-ekspor, Timor Leste juga menyiapkan kerja sama lain dengan Indonesia di sektor industri, pertanian, perikanan, serta pembangunan kawasan industri baru.
Ekonom senior sekaligus Komisaris Utama PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) Fuad Bawazier mengingatkan Indonesia perlu belajar dari pengalaman China agar tidak hanya menjadi pasar bagi produk asing, tetapi juga mampu tumbuh menjadi negara produsen yang tangguh.
Fuad menyinggung bagaimana China awalnya hanya disiapkan menjadi pasar konsumen, seiring proyeksi Bank Dunia saat itu bahwa abad ke-21 akan menjadi 'abadnya' Asia Pasifik. Namun, China berhasil membalik keadaan.
“[Hal] yang dari mulai dipersiapkan sebagai konsumen atau pasar, bisa berubah dirinya menjadi produsen yangandal. Tadinya ditertawakan cuma bikin korek api, payung buka-buka, sekarang sudah hebat semua, ” tandas Fuad.
Sebagai informasi, proses negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih berjalan, meski Trump menyatakan Indonesia tetap dikenakan tarif 32% atau tidak berubah dari besaran sebelum dilakukannya negosiasi.
Tarif untuk produk asal Indonesia pada level 32% lebih tinggi dibandingkan dengan Filipina sebesar 17%, Vietnam sebesar 20%, Malaysia sebesar 25%, dan Korea Selatan sebesar 25%.
Adapun, tarif Indonesia masih lebih rendah dari Thailand sebesar 36%, Kamboja sebesar 36%, Myanmar sebesar 40%, dan Bangladesh sebesar 35%. Kebijakan ini efektif berlaku pada 1 Agustus 2025 untuk seluruh negara mitra dagang AS.
(mef/wdh)































