“Bukan hanya PT Stania saja, tetapi kami juga berharap ada yang lainnya yang membutuhkan logam-logam hasil pemurnian kita untuk dikonsumsi dalam negeri, sehingga ekosistem hilirisasi yang berkaitan dengan produk lanjutan dan juga ekosistem EV bisa cepat tercapai sesuai dengan harapan pemerintah,” kata Tony.

Penandatanganan HoA yang berlangsung di Batam tersebut turut dihadiri Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, dan Direktur Utama PT Arsari Tambang Aryo Djojohadikusumo.
Dalam HoA tersebut, PTFI dan Stania akan melakukan negosiasi lebih lanjut dalam rangka menjalin hubungan bisnis berbentuk Perjanjian Definitif, termasuk melakukan kajian-kajian lainnya.
Kurangi Impor
Direktur PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania) An Sudarno menambahkan kerja sama dengan Freeport akan memperkuat upaya mengurangi impor bahan baku, terutama dalam hilirisasi perak.
“Sinergi penyerapan perak dan timbal dari PTFI ini merupakan komitmen Stania dalam memperkuat bisnis. Selain itu, dengan penguatan pengadaan bahan baku domestik, perusahaan tidak bergantung terhadap impor,” ujarnya.
Dia mengelaborasi perak dan timbal diperlukan sebagai paduan untuk memproduksi timah solder. Adapun, kebutuhan Stania untuk timbal saat ini sebanyak 250 ton per tahun, tetapi pada tahap awal serapan perak dari Freeport hanya sebanyak 10 ton per tahun.
Untuk diketahui, fasilitas PMR Freeport memiliki kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun, serta platinum group metals yaitu 30 kg platinum dan 375 kg paladium.
Per Juli 2025, PMR Freeport telah memproduksi perak batangan. Estimasi saat ini hingga akhir 2025, PTFI akan memproduksi perak sebesar 100 ton. Sementara itu, untuk produksi timbal sebanyak 2.000 ton per tahun.
Sebelumnya, Hashim melakukan ekspansi bisnis ke pabrik olahan timah bernama PT Solder Tin Andalan Indonesia atau Stania dengan total investasi mencapai Rp400 miliar. Pabrik tersebut berlokasi di Kawasan Industri Tunas Prima Blok B1 No 03, Batu Besar, Kota Batam.
Adapun, investasi sebesar Rp400 miliar ini terbagi atas Rp100 miliar untuk fisik bangunan dan Rp300 miliar modal kerja. Perusahaan akan mempekerjakan 80 karyawan tetap dan 200 tenaga kontrak.
"Perusahaan akan memproduksi 200 ton tin solder powder per tahun, dan akan ditingkatkan hingga 16.000 ton dengan omzet Rp1,2 triliun per tahun," kata Hashim melalui pernyataan resmi, medio Mei tahun lalu.
(wdh)