Pada Maret, perusahaan keamanan siber CrowdStrike memangkas 5% karyawannya. CEO perusahaan menyebut AI membuat proses pengembangan produk menjadi lebih cepat dan efisien. Sementara itu, Block—perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Square—memecat hampir 1.000 pegawai. Meski tidak secara eksplisit menyebut AI, analis menilai otomatisasi menjadi faktor tersembunyi dalam keputusan ini.
April ditandai dengan langkah drastis dari Intel yang mengumumkan PHK terhadap lebih dari 21.000 karyawan, hampir 20% dari total tenaga kerjanya. Perusahaan ini menutup sebagian divisi pengemudian otonom dan mengalihkan fokus ke manufaktur chip AI. Google juga memangkas ratusan staf dari divisi platform dan perangkat, bersamaan dengan investasi tambahan di divisi riset AI. Meta kembali merumahkan karyawan di divisi Reality Labs sebagai bagian dari pergeseran fokus dari metaverse ke fitur AI di Instagram dan Facebook.
"Tahun ini akan menjadi tahun yang intens, dan saya ingin memastikan kami memiliki orang-orang terbaik di tim kami... AI, kacamata sebagai platform komputasi berikutnya, dan masa depan media sosial," kata CEO Meta, Mark Zuckerberg.

Gelombang PHK berlanjut di bulan Mei. IBM memecat sekitar 8.000 pegawai, terutama dari divisi SDM, dan menggantikan fungsi mereka dengan chatbot internal bernama AskHR.
Microsoft kembali memangkas 6.500 posisi di bidang hukum, teknik, dan manajemen produk, menyusul pernyataan CEO Satya Nadella bahwa perangkat seperti GitHub Copilot kini mampu menulis 30% kode baru. Amazon, melalui memo dari CEO Andy Jassy, menyampaikan bahwa peluncuran agen AI akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja.
"Seiring dengan peluncuran lebih banyak AI Generatif dan agen, hal itu akan mengubah cara kerja kami. Kami akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang dilakukan saat ini," ungkap Jassy. Chegg, perusahaan teknologi pendidikan, juga memecat 240 pegawai setelah pengguna beralih ke alat belajar gratis seperti ChatGPT.
Pada Juni, Google melanjutkan melakukan kebijakan efisiensi dengan memangkas 25% tim TV pintarnya dan mengalihkan dana ke proyek Bard dan Gemini. Canva juga menghapus sejumlah peran penulisan teknis karena dokumentasi mulai digantikan oleh AI generatif. Aplikasi kencan Bumble mengumumkan PHK 30% dari total tenaga kerja globalnya sebagai bagian dari restrukturisasi berbasis AI.
Disney melanjutkan PHK global, memotong ratusan karyawan di divisi pemasaran, teknologi, dan Hulu. Meskipun AI bukan satu-satunya alasan, perusahaan menyatakan sedang memodernisasi alur kerja menggunakan otomatisasi.
PHK Berlanjut
Meski periode paruh pertama 2025 telah berakhir, gelombang PHK belum tuntas. Memasuki Juli, Microsoft mengonfirmasi PHK 9.000 karyawan, terutama di sektor game dan cloud, sehingga total PHK perusahaan tersebut sepanjang 2025 mencapai lebih dari 15.000 orang.
"Fokus utama perusahaan kami adalah mendefinisikan gelombang AI dan memberdayakan semua pelanggan kami untuk berhasil dalam adopsi teknologi transformatif ini," tutur CEO Microsoft Satya Nadella.
TikTok juga dilaporkan akan memangkas sejumlah posisi di divisi e-commerce dan pemasaran, menurut memo internal yang bocor. Langkah ini merupakan kelanjutan dari beberapa putaran PHK yang telah dilakukan TikTok sejak awal tahun.
Tidak seperti gelombang PHK sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan saat ini justru sehat. Microsoft melaporkan pendapatan sebesar US$70,1 miliar (Rp1.136 triliun) pada kuartal pertama 2025, naik 13% dari tahun lalu. Namun, di saat yang sama perusahaan tersebut tetap memangkas lebih dari 15.000 pekerja.
Fakta di atas menandai pergeseran besar dalam filosofi bisnis di mana perusahaan bisa tumbuh dan mencetak keuntungan tanpa menambah tenaga kerja, bahkan justru dengan menguranginya, selama AI dapat menutup celah produktivitas.
Oleh karenanya, bagi para pekerja di sektor teknologi, hal ini mendorong kebutuhan untuk beradaptasi cepat. Keterampilan yang sulit digantikan AI seperti kemampuan analisis strategis, komunikasi interpersonal, pengambilan keputusan kompleks, dan kepemimpinan tim hibrida menjadi semakin penting.
Mempelajari cara menggunakan AI secara efektif juga penting. Pekerja yang memahami sistem ini dan dapat memanfaatkannya secara optimal cenderung tetap relevan.

(prc/wep)