Penguatan rupiah terjadi ketika pelaku pasar domestik tampak lebih percaya diri di tengah respons pemodal regional yang juga cenderung acuhkan isu tarif.
IHSG mengurangi pelemahan dengan ini 'hanya' melemah 0,05% sampai pukul 14:55 WIB.
Sementara di pasar surat utang negara, harga obligasi pemerintah terlihat melesat terutama untuk tenor pendek. Berdasarkan data OTC Bloomberg, yield di bawah 5 tahun turun terutama tenor 2Y yang terpangkas imbal hasilnya hingga 6,8 bps kini di 5,962%.
Sementara tenor 1Y dan 3Y, yield-nya turun 2,6 bps dan 3,3 bps. Adapun tenor 5Y dan 10Y masih naik terbatas masing-masing 0,5 bps dan 0,4 bps sampai sore ini.
Kenaikan harga surat utang kemungkinan karena menguatnya spekulasi penurunan suku bunga acuan BI rate lebih lanjut di tengah ancaman tarif yang potensial makin melemah pertumbuhan ekonomi domestik.
Bila tarif 32% yang dikenakan Trump masih akan ditambah tarif tambahan 10% karena keikutsertaan Indonesia di kelompok BRICS, pertumbuhan ekonomi RI terancam makin lemah hanya 4,5% saja tahun ini.
Melihat hal itu, ada peluang penurunan suku bunga acuan terutama bila rupiah mampu bertahan stabil di kisaran saat ini.
Selain itu, Bank Indonesia yang sejak mula menegaskan akan terus berjaga di pasar, diduga meningkatkan intensitas intervensi di pasar spot, offshore serta pasar surat utang negara, berbekal nilai cadangan devisa yang masih besar sampai akhir Juni, mencapai US$ 152,6 miliar, tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Hari ini, Kementerian Keuangan juga menggelar lelang sukuk negara (SBSN) dengan target indikatif Rp9 triliun.
Keyakinan konsumen
Selain isu tarif, pasar hari ini juga mendapati laporan terbaru survei konsumen bulan Juni yang dilansir oleh Bank Indonesia.
Keyakinan konsumen tercatat naik tipis 0,3 poin, masih di zon optimistis 117,8. Namun, komponen ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang, turun 0,1 poin pada Juni.
Penurunan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama karena lebih rendahnya persepsi konsumen terhadap kondisi penghasilan mereka di masa mendatang.
Sementara situasi ekonomi saat ini dinilai stagnan, tak ada perubahan yang berarti ditandai dengan kenaikan indeks hanya 0,7 poin akibat masih berlanjutnya penurunan keyakinan terkait ketersediaan lapangan kerja saat ini.
(rui)