Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Minggu, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengatakan bahwa “waktu, bentuk, dan skala” respons Iran akan ditentukan oleh angkatan bersenjata negara itu.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, sebelumnya juga menegaskan bahwa negaranya "menyimpan semua opsi" sebagai bentuk respons. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang bertanggung jawab langsung kepada Pemimpin Tertinggi Iran, menyiratkan bahwa pangkalan militer AS di kawasan bisa menjadi target balasan.
Trump sendiri bersumpah akan membalas setiap aksi Iran dengan kekuatan "jauh lebih besar" dibandingkan serangan terhadap fasilitas nuklir. Ia bahkan sempat membuka kemungkinan pergantian rezim di Iran, meski pejabat AS dan Israel pada Minggu menegaskan bahwa itu bukan tujuan utama mereka.
Kepolisian di New York, Washington, dan Los Angeles telah meningkatkan patroli di tempat ibadah, kantor diplomatik, dan ruang publik. Meski belum ada ancaman yang kredibel, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan bahwa perang Israel-Iran telah menciptakan "lingkungan ancaman yang meningkat" hingga 22 September.
Belum jelas seberapa sukses serangan AS dalam menghancurkan situs pengayaan uranium Fordow yang dikenal sebagai salah satu fasilitas paling terlindungi Iran.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa hingga kini belum ada informasi pasti mengenai kondisi fasilitas tersebut, maupun keberadaan lebih dari 400 kilogram uranium yang telah diperkaya hingga level 60%.
Setiap upaya Iran untuk mengganggu jalur pelayaran di Selat Hormuz—salah satu jalur utama pengangkutan minyak mentah dan gas alam dunia—telah meningkatkan kekhawatiran lonjakan harga energi di tengah kondisi ekonomi global yang masih rapuh.
Bank Dunia, OECD, dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan global dalam beberapa bulan terakhir.
“Konflik yang meluas meningkatkan risiko lonjakan harga minyak dan mendorong inflasi,” tulis analis Bloomberg Economics termasuk Ziad Daoud dalam laporannya.
Pasukan laut di kawasan juga telah memperingatkan potensi ancaman terhadap kapal-kapal, khususnya milik atau terkait dengan AS. Yunani, negara dengan kapasitas tanker minyak terbesar dunia, meminta pemilik kapal untuk mempertimbangkan ulang niat memasuki Teluk Persia.
Dua kapal supertanker yang masing-masing dapat mengangkut sekitar 2 juta barel minyak diketahui sempat memasuki Selat Hormuz sebelum kemudian berbalik arah pada Minggu. Maskapai British Airways dan Singapore Airlines pun membatalkan penerbangan ke kawasan Teluk, menambah gangguan pada jalur penerbangan regional.
Meski Rusia dan China mengecam tindakan AS, negara-negara sekutu seperti Inggris dan Prancis memilih menjaga jarak dari keputusan Trump.
Sementara itu, Iran mendapati dirinya semakin terisolasi. Rusia dan China, yang selama ini menjadi sekutu utama, hanya memberi dukungan retorik. Kelompok milisi yang selama bertahun-tahun didanai dan dipersenjatai oleh Iran pun tampak enggan atau tak mampu turun tangan.
Menlu Abbas Araghchi mengatakan ia akan bertolak ke Moskow untuk bertemu Presiden Vladimir Putin, namun pejabat Rusia telah menegaskan bahwa perjanjian kerja sama strategis yang diteken pada Januari lalu tidak mencakup kewajiban pertahanan bersama.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam konferensi pers menyatakan komitmennya untuk melanjutkan serangan militer ke Iran dan Jalur Gaza.
Militer Israel mengatakan pada Minggu bahwa mereka telah menyerang peluncur rudal permukaan-ke-udara di Teheran, serta infrastruktur penyimpanan dan peluncuran rudal, satelit, dan situs radar militer di wilayah barat Iran.
(bbn)































