Logo Bloomberg Technoz

Dengan belanja yang lebih disiplin, arus kas perusahaan pun menguat, yang membuka ruang bagi pembagian dividen yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Valuasi TLKM dihitung menggunakan pendekatan dividend discount model (DDM) dengan skenario wajar di kisaran Rp2.500–Rp4.900 per saham, tergantung pada pertumbuhan DPS ke depan.

Telkom juga telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp3 triliun, dengan target menyerap 1–2% dari saham free float

Langkah ini dinilai sebagai sinyal kepercayaan manajemen terhadap fundamental perusahaan, sekaligus upaya untuk menjaga stabilitas harga saham di tengah tren penurunan transaksi harian yang terjadi sejak awal tahun.

Secara industri, tahun 2025 tercatat sebagai periode pertama sejak 2018 di mana pendapatan layanan seluler mengalami kontraksi sebesar 0,1% YoY. Faktor utamanya adalah daya beli yang masih lemah, ARPU yang stagnan, dan kompetisi harga yang makin brutal.

Namun, TLKM dianggap lebih adaptif dibandingkan dengan kompetitor seperti XL Axiata (EXCL) dan Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT). Meskipun ROE Telkom diproyeksikan turun menjadi 19,2% pada 2025, angka ini masih berada di atas operator regional seperti SingTel, Telekom Malaysia, dan Axiata Group.

"Meskipun kondisi industri sulit, langkah TLKM sejauh ini menunjukkan arah yang lebih realistis untuk menjaga keseimbangan antara profitabilitas dan pertumbuhan," Analis Mandiri Sekuritas, Henry Tedja dan Danif Nouval dalam risetnya, dikutip Kamis (19/6/2025).

Rencana Jangka Menengah: Capex Tetap, Tapi Lebih Produktif

Direktur Wholesale & International Service Telkom, Honesti Basyir, mengatakan bahwa Telkom akan menurunkan rasio capex secara bertahap menjadi 17–19% mulai 2028. 

Namun ia menegaskan, hal ini bukan berarti pengurangan nilai belanja, melainkan efisiensi untuk memastikan setiap rupiah investasi memberikan hasil maksimal.

“Capex kami itu konstan, di sekitar 22% sampai 25% dari revenue Telkom. Kita melihat bahwa masih banyak sebenarnya area-area yang bisa kita optimalkan. Artinya, setiap satu rupiah yang kami spending ke capex itu benar-benar memberikan return yang bagus,” ujar Honesti, akhir Mei lalu dalam RUPST TLKM.

Senior Vice President Corporate Communication Telkom, Ahmad Reza, menyampaikan bahwa meskipun kondisi ekonomi dan industri tidak ideal, Telkom tetap menjaga komitmen untuk memberikan nilai kepada pemegang saham.

Per 31 Maret 2025, Telkom mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun dengan EBITDA Rp18,2 triliun dan margin EBITDA 49,8%. Meski terjadi sedikit penurunan pendapatan, manajemen menilai margin tetap solid sebagai bukti efisiensi mulai berjalan.

“Kami tetap fokus pada peningkatan efisiensi dan inovasi untuk mendorong pertumbuhan bisnis di masa depan. Strategi transformasi digital dan inisiatif bisnis yang kami jalankan akan membawa dampak positif bagi perusahaan dan stakeholders dalam jangka panjang,” lanjut Reza.

Saat ini, saham TLKM diperdagangkan di level Rp2.770 dengan PBV 2,49x dan ROE sekitar 18%. Beberapa analis melihat potensi apresiasi harga saham TLKM jika kinerja membaik dan situasi global mulai pulih.

Prospek 2026: Awal Pemulihan Industri?

Mandiri Sekuritas memproyeksikan pemulihan industri baru akan terjadi pada 2026. Momentum tersebut diyakini akan ditopang oleh konsolidasi harga di pasar seluler, penyesuaian tarif layanan, serta potensi rebound konsumsi rumah tangga. 

Hingga momen itu tiba, Telkom dinilai menjadi satu-satunya emiten telekomunikasi yang memiliki ruang likuiditas, stabilitas kas, serta strategi yang konkret untuk mempertahankan pertumbuhan.

Konsensus analis dalam survei Bloomberg masih memasang sikap bullish, tercermin dari 31 analis yang merekomendasikan buy.

Hanya ada 10 analis yang merekomendasikan hold saham TLKM tanpa ada satu pun analis yang merekomendasikan sell. Target harga saham TLKM untuk 12 bulan ke depan ada di level Rp3.234/saham.

(dhf)

No more pages