Ampuhkah Stimulus Rp24,44 Triliun Dongkrak Daya Beli Rakyat?
Redaksi
03 June 2025 12:11

Bloomberg Technoz, Jakarta - Deflasi yang terjadi pada Mei, dua bulan setelah puncak konsumsi rumah tangga terjadi pada perayaan Idulfitri akhir Maret lalu, dinilai bukan sekadar fenomena normalisasi permintaan masyarakat pasca Lebaran.
Ada sinyal kelesuan daya beli di tengah masyarakat yang makin kentara di tengah lonjakan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang makin mencemaskan ketika tahun 2025 baru berjalan belum enam bulan.
Ekonom dari Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyoroti perincian data Indeks Harga Konsumen (IHK) terbaru yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik kemarin yang menurutnya sulit dilihat sekadar sebagai fenomena pasca Lebaran.
Beberapa kelompok pengeluaran tercatat deflasi pada Mei, di antaranya adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 1,4% month-to-month (mtm). Lalu, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga juga mencatat deflasi 0,04%. Begitu juga kelompok transportasi yang deflasi 0,07%.
Sementara itu, secara tahunan, kelompok pengeluaran informasi, komunikasi dan jasa keuangan mencatat deflasi sebesar 0,28% year-on-year (yoy).






























