Logo Bloomberg Technoz

Moshe menyebut hingga saat ini investasi di sektor hulu migas tidak memiliki perkembangan yang signifikan. Menurutnya, pemerintah sudah banyak melakukan kebijakan, tetapi progresnya terkesan lamban.

Bahkan, tegasnya, hingga kini pemerintah tidak kunjung membahas revisi Undang-undang No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas). 

“Sudah cukup banyak yang dilakukan oleh pemerintah cuma kan sangat lambat ya istilahnya,” ujarnya.

Moshe menggarisbawahi, ketika RI ingin bersaing dengan negara lain untuk mendapatkan investor di hulu migas, pemerintah perlu lebih banyak memberikan insentif, mengurangi risiko investasi, dan mempermudah kepastian hukum di Indonesia.

Berdasarkan Laporan Kinerja Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2024, realisasi investasi hulu migas pada tahun lalu mencapai US$15,33 miliar, naik 18% dari capaian sebelumnya senilai US$12,92 miliar.

Dalan laporan tersebut, Ditjen Migas mengakui capaian kinerja investasi masih dirasa belum optimal sehingga pemerintah harus terus lebih berperan aktif lagi dalam meningkatkan investasi subsektor migas.

Di hulu migas sendiri, Ditjen Migas menguraikan beberapa tantangan dalam pencapaian investasi hulu migas di antaranya terkendalanya pengeboran sumur pengembangan karena safety stand down, ketersediaan rig dan tenaga kerja, serta banjir di lokasi.

"Namun, nilai secara keseluruhan mengalami peningkatan dari 2023. Kegiatan investasi eksplorasi terus ditingkatkan dengan penemuan big fish dan laut dalam, tetapi perlu dilakukan peningkatan untuk mencapai target yang diinginkan," papar laporan tersebut.

Tren investasi hulu migas di Indonesia./dok. Ditjen Migas ESDM

'Balik Kucing'

Akhir-akhir ini, sederet big oil atau raksasa migas global dilaporkan tertarik untuk kembali masuk ke investasi hulu migas di Indonesia, setelah beberapa tahun sebelumnya memutuskan hengkang. 

Bloomberg Technoz awal bulan ini pertama kali memberitakan TotalEnergies SE berniat kembali berinvestasi di sisi hulu migas Indonesia, setelah pada 2018 sempat hengkang di Blok Mahakam.

Raksasa migas Prancis itu dikabarkan tengah menjajaki peluang akuisisi (farm in) sebagian hak partisipasi atau participating interest (PI) blok migas eksplorasi Bobara, yang kini tengah dioperasikan oleh Petroliam Nasional Berhad atau Petronas Bhd.

Dua sumber Bloomberg Technoz yang mengetahui proses farm in tersebut menyebutkan, penjajakan akuisisi bagian PI itu turut dilakukan TotalEnergies bersama dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Sumber yang sama menyebutkan, TotalEnergies bersama dengan PHE bakal mengakuisisi sekitar 25% saham yang dilepas Petronas pada Blok migas yang berlokasi di Papua Barat tersebut.

Penjajakan akuisisi ini disebutkan menjadi bagian dari rencana Petronas untuk menggandeng mitra tambahan untuk menggarap blok yang masih tahap eksplorasi tersebut. Petronas telah mengajukan farm out sebagian PI sejak tahun lalu.

Tidak hanya Total, Chevron Corp juga disebut ingin kembali masuk dan mengelola aset hulu migas di Indonesia setelah berpengalaman mengelola Blok Rokan.

Kabar tersebut juga dikonfirmasi oleh Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, yang menyebut raksasa migas Amerika Serikat (AS) itu mengincar salah satu dari 30 wilayah kerja (WK) migas yang akan dilelang kementerian tahun ini.

"Salah satu pemain global [yang ikut lelang tersebut] adalah Chevron. Iya, mungkin mereka juga akan kembali, karena mereka juga cukup lama [beroperasi di Indonesia sebelumnya] dan juga punya pengalaman cukup di bidang hulu migas,” kata Yuliot, Jumat pekan lalu.

Meski demikian, Kementerian ESDM masih belum memerinci ihwal WK blok migas mana yang tengah dilirik oleh Chevron. Plh Direktur Jenderal Migas Tri Winarno hanya mengatakan "[Hal] yang jelas kan kalau Chevron mau masuk, kan berarti memang [investasi hulu] migas di Indonesia masih cukup menarik."

Kabar terbaru, Shell Plc juga sedang melirik peluang untuk kembali ke hulu migas Indonesia setelah hengkang dan melepas PI-nya di Blok Masela.

Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Migas Nanang Abdul Manaf mengungkapkan rencana Shell itu telah disampaikan ke Tim Eksplorasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

“Iya, kebetulan [niatan Shell telah] disampaikan ke Tim Eksplorasi SKK Migas. Tim SKK Migas kemudian menyampaikannya ke saya,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, dikutip Selasa (20/5/2025).

Nanang menyebut raksasa energi asal Eropa itu saat ini tengah memasuki tahap evaluasi minat area bersama tim SKK Migas.  “Shell cari wilayah yang kemungkinan dapat giant discovery,” ujarnya.

Hanya saja, Nanang menuturkan, detail rencana investasi itu masih menjadi pembicaraan internal Shell Plc. Dengan demikian, dia belum dapat berkomentar banyak ihwal blok migas potensial mana yang dibidik Shell nantinya.

“Belum diinformasikan, mungkin internal mereka sudah punya kandidat,” tuturnya.

Saat dimintai konfirmasi, Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data WK SKK Migas Asnidar membenarkan lembaganya saat ini masih mengurusi evaluasi minat area yang dikaji Shell.

Asnidar enggan berkomentar banyak ihwal kemungkinan Shell melakukan joint study atau farm in atas blok migas potensial di Tanah Air. 

“Shell masih dalam tahap evaluasi area of interest,” kata Asnidar kepada Bloomberg Technoz.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi dan Nyoman Ary Wahyudi

(wdh)

No more pages