Menurut lembaga keuangan ini, bagi AS, perang dagang akan memicu guncangan pasokan yang menaikkan harga dan membebani produktivitas. Bagi mitra dagang, bea masuk yang lebih tinggi akan diterjemahkan sebagai guncangan permintaan yang memukul output dan harga.
IMF menyebut tingkat tarif efektif di AS telah melonjak ke level yang belum pernah terjadi dalam satu abad. Meski AS mungkin akan menghindari resesi tahun ini, IMF meningkatkan kemungkinan AS resesi menjadi 40% dari 27% pada Oktober.

"Kita memasuki era baru," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam konferensi pers dengan para wartawan. "Sistem ekonomi global yang telah berjalan selama 80 tahun terakhir sedang diatur ulang."
Saham-saham AS, dolar, dan Treasury jangka panjang telah sangat tertekan di tengah serangan Trump. Semuanya tenggelam makin dalam pada Senin saat Trump meningkatkan seruan agar Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga, yang memperburuk kekhawatiran para pedagang tentang independensi bank sentral dan arah ekonomi terbesar di dunia ini.
Indeks S&P 500 memangkas kerugian pada Selasa, tetapi masih anjlok sekitar 11% sejak akhir tahun 2024. Dolar turun 7% terhadap sejumlah mata uang utama.
AS dan China termasuk di antara negara-negara yang mengalami penurunan peringkat terbesar dari IMF.
AS diperkirakan tumbuh 1,8% tahun ini dan 1,7% pada 2026, masing-masing turun 0,9 dan 0,4 poin persentase. IMF meningkatkan perkiraan inflasi AS pada tahun 2025 sekitar satu poin persentase menjadi 3%.

Menurut Gourinchas, China diperkirakan akan tumbuh 4% tahun ini dan tahun depan, turun 0,6 dan 0,5 poin persentase. Kebijakan fiskal ekspansifnya akan sedikit banyak membantu meringankan dampak tarif.
IMF memandang prospek pertumbuhan dunia akan segera membaik jika ketegangan perdagangan mereda dan keluhan lama tentang hambatan nontarif dan langkah-langkah distorsi perdagangan oleh beberapa negara teratasi.
Namun, IMF mengatakan risiko jangka pendek adalah eskalasi perang dagang lebih lanjut dengan konsekuensi tidak langsung terhadap pertumbuhan. Lembaga yang berpusat di Washington ini memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global tahun ini sebesar 1,5 poin persentase dan hanya melihat sedikit pemulihan tahun depan.
"Risiko-risiko terhadap ekonomi global telah meningkat dan mengarah ke sisi negatif," kata Gourinchas.
IMF memperingatkan ada banyak skenario mungkin terjadi mengingat ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan. Mereka membuang proyeksi yang hampir selesai sebelum 2 April, saat Trump mengumumkan tarif besar-besaran di seluruh dunia, dan terpaksa memadatkan siklus prakiraan yang biasanya memakan waktu lebih dari dua bulan menjadi 10 hari.
Dalam penjelasan mengenai bagaimana menyusun prakiraan baru di tengah gejolak ini, IMF mengatakan mereka menggunakan prakiraan referensi—atau skenario utama—berdasarkan informasi yang tersedia pada 4 April, bukan prakiraan dasar.
Analisis oleh Alex Isakov dan Adriana Dupita dari Bloomberg Economics minggu lalu menemukan bahwa, berdasarkan tinjauan terhadap prakiraan IMF sebelumnya, lembaga keuangan ini sering meremehkan kedalaman penurunan.
"Proyeksi IMF cenderung terlalu optimis selama krisis yang berpotensi mengganggu," tulis mereka. "Betapa pun IMF mungkin menurunkan proyeksi pertumbuhan awalnya, sejarah menunjukkan pukulan terakhir akan lebih buruk."
(bbn)