Kendati demikian, target anyar ini masih mencerminkan potensi kenaikan masing-masing sebesar 12% dan 15% dibandingkan posisi penutupan Jumat (11/4/2025).
Sebelumnya, pasar saham China terkoreksi akibat eskalasi perang dagang dengan AS. Beijing belakangan membalas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dengan menerapkan bea masuk balasan hingga 125%, setelah sebelumnya AS menetapkan tarif impor China sebesar 145%.
Tim riset Goldman Sachs berpendapat kekhawatiran ihwal potensi eskalasi lebih lanjut bakal menekan sentimen investor di pasar.
Padahal, Goldman selama ini menaruh pandangan optimis atau bullish terhadap pasar China, bahkan saat pasar di sejumlah negara bergerak melemah beberapa tahun terakhir.
Pada Februari 2025 lalu, Lau sempat menaikkan target MSCI China menjadi 85 dari 75 selepas kemunculan DeepSeek. Goldman Sachs menilai kehadiran DeepSeek saat itu bisa mendorong reli saham China di tengah pelemahan indeks beberapa negara sejak awal 2025.
Hanya saja, indeks MSCI China belakangan justru terkoreksi lebih dari 8% selepas kebijakan tarif Trump terhadap China berlaku. Tim riset Goldman memangkas target indeks MSCI China menjadi 81 pada 6 April, setelah tarif terbaru Trump berlaku pada 2 April lalu.
Belakangan Goldman memilih saham A ketimbang saham H, dan meningkatkan bobot sektor perbankan serta properti ke level overweight.
Di sisi lain, Goldman memperkirakan pemerintah China akan mengambil kebijakan yang tegas untuk meredam dampak tarif AS tersebut.
(bbn)

































