Para investor diduga banyak mencairkan emas mereka untuk merealisasikan keuntungan demi menutup kerugian di aset lain di tengah kejatuhan pasar yang begitu dramatis di seluruh dunia, pasca pengumuman tarif Trump pada 2 April.
Harga emas di pasar dunia sudah mencetak keuntungan luar biasa dengan kenaikan 19% selama kuartal 1-2025, mengalahkan aset lain seperti saham, surat utang serta mata uang kripto seperti Bitcoin.
Potensi ke US$ 4.000
Perkembangan terakhir di pasar saat ini mungkin akan menjadi pengungkit harga emas untuk kembali bangkit.
Para investor terindikasi berbalik melepas surat utang AS, Treasury, di tengah mulai tingginya kekhawatiran akan inflasi di negeri itu akan kembali naik akibat kebijakan tarif Trump.
Yield di semua tenor Treasury melesat naik di mana tenor acuan 10Y bahkan naik 17 bps kembali melesat di atas 4%, tepatnya di 4,1%, setelah sebelumnya turun di bawah level tersebut.
Pekan ini, pasar menunggu pengumuman data inflasi AS juga risalah rapat FOMC The Fed, di tengah perkembangan negosiasi tarif antara AS dengan negara-negara yang telah ia bidik.
Analisis terbaru yang dilansir oleh Bloomberg Intelligence pada Senin kemarin, mengungkapkan, siklus terlalu dingin -penurunan harga- setelah terlalu panas -kenaikan harga- lebih sering terjadi pada aset komoditas ketimbang aset saham. Hal itu kini agaknya mulai mereda.
"Normalisasi harga saham AS yang sudah tinggi telah lama tertunda dan kini mungkin telah dimulai. Analisis kami menunjukkan kemungkinan tingkat pembalikan yang bisa menopang harga emas menuju level resistance berikutnya," kata Mike McGlone, Senior Commodity Strategist Bloomberg Intelligence, dalam catatannya kemarin.
Pola tipikal yang biasa terjadi mendorong pemulihan volatilitas pasar mungkin akan terjadi seperti pada tahun 2008 yang mengimplikasikan harga emas akan melampaui laju harga saham di bursa AS, menurut Bloomberg Intelligence.
Yang perlu diperhatikan dari grafik adalah ruang yang luas untuk pembalikan volatilitas pasar saham yang rendah dibandingkan dengan S&P 500 yang meningkat -- yang terakhir terjadi sebelum krisis keuangan.
"Pandangan Bloomberg Economics bahwa saham AS dapat turun 30% dari puncaknya dapat menempatkan indeks saham ke level 4.000. Kemajuan emas telah terhenti di resistance sekitar US$3.000 dan mungkin menghadapi tekanan jangka pendek karena kejatuhan harga saham, tetapi deflasi dari inflasi akan memperkuat harga emas menuju US$4.000 per troy ounce," kata McGlone.
(rui)




























