Sementara itu, Adidas dan Nike juga tercatat telah h menambah 10.013 pekerja (30% y-y) dalam setahun terakhir untuk pabrik pakaian jadinya. Secara total, terdapat 36.409 karyawan dari Indonesia, atau 6% dari seluruh pekerjanya di Global.
"Pesanan Nike global di Vietnam dan Malaysia [kini juga] dialihkan ke Pakistan, India, Nikaragua, dan Indonesia," tutur Satria.
Kinerja Ekspor
Di sisi lain, Satria juga mencatat total ekspor sepatu dan pakaian Indonesia mencapai US$11,2 miliar sepanjang 2024. Angka tersebut naik 9,8% secara tahunan, dengan Amerika Serikat menjadi pembeli luar negeri terbesar.
Khusus pakaian jadi, AS juga menjadi negara yang menyumbang sekitar 60% dari ekspor. Lalu, pertumbuhan yang kuat juga tercatat dalam ekspor sepatu dengan pengiriman melonjak 24,6% secara tahunan menjadi US$2,9 miliar.
"Pasar alas kaki dan pakaian jadi global telah pulih pada tahun 2024 menyusul permintaan global yang lemah pada tahun sebelumnya," ujar Satria.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya juga sempat bertemu dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia serta perwakilan global seperti Adidas dan Nike, akhir Februari lalu.
Dalam pertemuan itu, para perusahaan tersbeut menyampaikan minat untuk kembali berinvetasi di Indonesia. "Mereka optimistis dengan Indonesia, terutama di tengah perang dagang AS-Tiongkok dan kejenuhan industri Vietnam," ujarnya, belum lama ini.
Bahkan, kata Luhut, salah satu brand global berencana meningkatkan order hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan sehingga mampu membuka 100 ribu lapangan kerja baru.
(ain)
































