Berdasarkan data The Observatory of Economic Complexity (OEC) World 2023, Indonesia melakukan ekspor kobalt ke Korea Selatan senilai US$58.000, Inggris US$21.400 ribu, dan Amerika Serikat (AS) US$5.440.
VCadangan kobalt Indonesia berdasarkan data USGS pada 2023 mencapai 500.000 ton atau di posisi ketiga terbesar di dunia, setelah Kongo yang mempunyai cadangan sebanyak 6 juta ton dan Australia 1,7 juta ton.
“Maka melihat data tersebut, peran Indonesia di global untuk kobalt cenderung masih kecil dan dengan adanya kenaikan tarif royalti sebesar 1,5% untuk logam kobalt dan 2% untuk kobalt yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari nickel matte akan meningkatkan beban operasional,” kata Oktavianus saat dihubungi, Jumat (14/3/2025).
Di sisi lain, usulan penerapan tarif royalti terhadap kobalt tersebut diyakini dapat menambah pendapatan negara hingga US$600 juta, menurut Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI).
Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan kobalt selama ini belum dikenai tarif royalti oleh pemerintah, padahal mineral logam ikutan nickel matte tersebut memiliki nilai keekonomian yang sangat tinggi.
Dia menggambarkan kandungan kobalt ikutan dalam bijih nikel yang diperdagangkan pada 2023—2024 mencapai sekitar 0,1%. Namun, mineral ikutan selama ini menjadi komoditas yang belum terpapar iuran royalti, sehingga luput dari potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
“Penerimaan royalti dari kobalt saja bisa didapatkan sekitar US$600 juta,” ujarnya saat dihubungi.
Alih-alih menaikkan royalti nikel dengan sistem pentarifan progresif, Meidy menilai pemerintah lebih baik fokus mengejar setoran royalti dari mineral-mineral ikutan seperti kobalt yang memiliki valuasi tinggi. Dengan demikian, negara bisa menambah pundi-pundi tanpa harus mencederai kinerja pengusaha industri logam dasar.
Direktur Pembinaan Program Minerba Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq mengakui pemerintah baru mengetahui manfaat kobalt begitu besar setelah mempelajari komoditas tersebut dalam rantai pasok industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
“Karena setelah kita pelajari sebagian kobalt yang beredar di pasar dunia berasal dari Indonesia, tetapi kita tidak mendapatkan manfaatnya,” kata Julian saat dihubungi, Kamis (13/3/2025).
Dalam usulan terbaru iuran royalti mineral dan batu bara (minerba), logam kobalt rencananya akan dikenakan tarif sebesar 1,5%, sedangkan kobalt sebagai produk ikutan dalam nickel matte dikenakan tarif sebesar 2%.
Kobalt sebagai logam baterai diperdagangkan di harga US$36.170/ton, melonjak 7,76% secara harian di London Metal Exchange (LME) Jumat pagi. Secara historis, harga kobalt mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di level US$95.250 pada Maret 2018.
(mfd/wdh)































