Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Utama PT Kimia Farma (Tbk) David Utama membeberkan ihwal nasib para pegawainya imbas rencana penutupan lima pabrik.
Pengurangan pabrik tersebut dilakukan sebagai upaya rasionalisasi perusahaan farmasi pelat merah itu untuk menekan beban biaya operasional yang kian membengkak.
David memastikan bahwa karyawan yang berpotensi terdampak dalam rasionalisasi pabrik Kimia Farma (KAEF) akan berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Akan kami jalankan sesuai dengan peraturan kalau ada dampaknya. Pasti kita jalankan dengan adil dan sesuai dengan aturan yang ada," ujar David saat ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (20/6/2024).
Rasionalisasi pabrik Kimia Farma (KAEF), menurut David, merupakan hal yang terpaksa dilakukan untuk optimalisasi operasional.
Pasalnya, seluruh pabrik milik Kimia Farma (KAEF) yang beroperasi saat ini hanya memiliki utilisasi tak lebih dari 40%.
"Jadi nanti fasilitas yang kami punya di pabrik akan kita sesuaikan dengan kebutuhan yang kita perlukan," ujar dia.
Meski begitu, kata David, proses rasionalisasi pabrik tersebut tak akan dilakukan dalam waktu dekat ini dan akan membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 tahun.
"Tidak mungkin [tahun ini], kalau rasionalisasi pabrik obat, untuk pengurusan izinnya saja bisa 2 tahun. Ini akan berjalan, nggak mungkin tahun ini selesai," ujar dia.
Seperti diketahui, KAEF sendiri saat ini mencatatkan kinerja keuangan yang negatif sepanjang 2023, dengan membukukan rugi bersih sebesar Rp1,48 triliun. Rugi itu membengkak hampir 7 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan membengkak 25,83% menjadi Rp6,86 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp5,45 triliun.
Kini, manajemen perusahaan juga telah mengendus adanya dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usahanya, yakni PT Kimia Farma Apotek (KFA) periode 2021-2022.
Pelanggaran integritas terebut juga menjadi salah satu menyebab kinerja perseroan yang membukukan rugi secara konsolidasian sebesar Rp1,82 triliun sepanjang tahun lalu.
(ibn/dhf)