Logo Bloomberg Technoz

Pasar Cemas Stagflasi AS, Pelemahan Rupiah akan Lanjut Hari Ini

Tim Riset Bloomberg Technoz
26 April 2024 07:40

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pergerakan rupiah di pasar spot dalam perdagangan hari terakhir pekan ini, Jumat (26/4/2024), mungkin masih akan menghadapi risiko pelemahan lebih lanjut dalam kisaran terbatas.

Rupiah yang kemarin ditutup melemah akibat sentimen negatif pasar global, terlihat masih sulit menguat leluasa dengan suasana kebatinan di pasar modal global yang masih was was menanti data PCE deflator Amerika nanti malam, pasca laporan inflasi PCE kuartal 1 melompat melampaui ekspektasi pasar.

Pasar Asia juga menanti pengumuman kebijakan bank sentral Jepang, Bank of Japan, pagi ini. Konsensus pasar memperkirakan BoJ mempertahankan level suku bunga kebijakannya meski kejatuhan yen belakangan mungkin akan membuat Ueda dan sejawat melontarkan sinyal hawkish.

Indeks dolar AS semalam memang ditutup lebih lemah sehingga sedikit memberi peluang bagi mata uang lawannya untuk bergerak naik, termasuk rupiah. Namun, data pertumbuhan ekonomi AS yang dilaporkan melambat tadi malam di 1,6% untuk kuartal 1-2024 secara tahunan, ternyata diikuti oleh kinerja inflasi negeri itu yang terakselerasi ke 3,7%, jauh di atas prediksi pasar di 2%.

Data itu buruk bagi pasar yang mencemaskan stagflasi Amerika, kondisi perlambatan ekonomi dan angka pengangguran tinggi di tengah inflasi yang juga tinggi. Aksi jual di pasar Treasury memuncak di mana imbal hasil UST-10Y menyentuh level rekor tertinggi tahun ini di 4,71% dan tenor 2Y naik 7,3 bps ke 5%. Bursa saham di Wall Street juga mencatat aksi jual masif sehingga ditutup melemah hampir 1%. Ekspektasi pasar terhadap penurunan bunga The Fed semakin mundur ke Desember.