Logo Bloomberg Technoz

Era Bunga Tinggi di Asia Dipaksa Lebih Panjang Demi Nilai Tukar

Ruisa Khoiriyah
18 April 2024 09:25

Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)
Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank sentral di kawasan Asia perlu memperkuat pertahanan mereka dalam menjaga mata uang agar tidak semakin terseret jatuh oleh turbulensi perekonomian global yang terlihat masih akan dikekang oleh rezim bunga tinggi dalam waktu lebih panjang.

Harapan akan dimulainya penurunan bunga acuan di kawasan Asia, termasuk Indonesia, semakin terkikis dengan peluang pivot bunga global jatuh ke level terendah. Perekonomian Amerika masih begitu tangguh dan bisa memicu bangkitnya inflasi lagi sehingga belum memberikan ruang bagi Federal Reserve, bank sentral AS, berbalik arah.

Bahkan di Indonesia, tekanan hebat yang melanda rupiah memicu ekspektasi kenaikan bunga BI rate lagi dalam pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia pekan depan yang dijadwalkan berlangsung 23-24 April. 

Di pasar swap, tingkat bunga di banyak negara Asia kompak melonjak dalam beberapa pekan terakhir, seperti terlihat di Korea Selatan, Malaysia dan Thailand. Kenaikan interest rate swap itu menjadi sinyal bahwa ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan di negara-negara itu susut. 

Bank investasi global Morgan Stanley memperkirakan, jadwal dimulainya penurunan bunga acuan di Asia ikut molor dan dengan angka lebih kecil. "Dengan penurunan bunga The Fed yang lebih lambat dan lebih sedikit, kami juga menyesuaikan perkiraan kami untuk bank-bank sentral Asia dengan memproyeksikan dimulainya penurunan bunga lebih kecil," kata ekonom Morgan Stanley Chetan Ahya dalam catatan seperti dilansir dari Bloomberg News, Kamis (18/4/2024).