Logo Bloomberg Technoz

"(Akibatnya) cukup kompleks. Bahan baku impor terhambat dan jadi ada tambahan biaya. Ekspor Indonesia semakin tidak kompetitif karena letak geografis Indonesia di bawah dan untuk tujuan ekspor ke Eropa dan Amerika pantai timur (menjadi sulit)," ujarnya.

“Barang Indonesia kalau ke Eropa tidak bisa bersaing karena (secara geografis) Indonesia lebih jauh. Jadi harga produk lebih mahal dibandingkan produk kompetitor seperti China, Bangladesh, dan Vietnam yang letak geografisnya lebih baik,” imbuhnya.

Kedua, maraknya impor tekstil dalam negeri, salah satunya yang berasal dari China. Jemmy mengatakan, industri tekstil dalam negeri tidak hanya bersaing dengan China di negara tujuan ekspor, melainkan juga bersaing di pasar Indonesia. 

Ketiga, daya beli masyarakat Indonesia belum pulih. Apalagi, kata Jemmy, saat ini pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi sehingga banyak masyarakat yang tidak memiliki uang untuk belanja. 

Sejalan dengan itu, PHK di industri tekstil juga masih terjadi pada 2023. Bahkan mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2020 dan 2021. Jemmy tidak menjelaskan dengan lengkap perihal peningkatan PHK, tetapi memastikan bahwa kasus PHK mengalami peningkatan.

Namun, Jemmy optimistis bahwa Peraturan Menteri Perdagangan 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor bisa menjadi instrumen untuk menumbuhkan industri dalam negeri. 

“Kita tunggu efektivitas Permendag 36 sampai di mana ini. Jangan sampai (impor meluas), mungkin banyak barang-barang impor yang dengan mudahnya masuk ke Indonesia,” pungkasnya.

(dov/ros)

No more pages