Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, 1 smelter lain yang dioperasikan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) hingga saat ini masih dalam proses progres pembangunan, yakni Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase 1. Pabrik tahap I itu bakal menambah kapasitas produksi alumina sebanyak 1 juta ton.

Progres pembangunan smelter bauksit I. (Sumber: Kementerian ESDM)

Sekadar catatan, fasilitas pengolahan bijih bauksit menjadi alumina disebut smelter grade alumina (SGA). Adapun, fasilitas smelter atau peleburan adalah untuk pemurnian alumina menjadi aluminium adalah SGAR.

Saat ini, kata Irwandy, kapasitas pengolahan alumina menjadi aluminium di dalam negeri baru mencapai 250.000 ton/tahun, dengan 4 refinery. Menurut pemetaaan Kementerian, padahal, kebutuhan aluminium domestik sudah menembus lebih dari 1 juta ton/tahun.

Sebab itu, pemerintah pun berharap pembangunan smelter bauksit tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri hingga 750.000 ton/tahun.

"Itu [hingga saat ini] masih berkembang. Jadi dari alumina ke aluminium itu namanya smelter [SGAR] itu yang baru ada Inalum. Abis itu di Kaltara, abis itu kita belum tahu lagi," ujar Irwandy.

Progres pembangunan smelter bauksit II. (Sumber: Kementerian ESDM)


Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, 7 dari 8 pembangunan smelter masih tak sesuai harapan atau kondisi progres pembangunan yang dilaporkan.

Kedelapan smlter itu yakni PT Quality Sukses Sejahtera yang diklaim baru 65,5%, PT Dinamika Sejahtera Mandiri (58,55%), PT Parenggean Makmur Sejahtera (58,13%), PT Persada Pratama Cemerlang (52,62%), PT Sumber Bumi Marau (50,05%), PT Kalbar Bumi Perkasa (37,25%), PT Laman Mining (32,39%), dan PT Borneo Alumina Indonesia (23,67%).

Namun, Irwandy mengultimatum terhadap kedelapan perusahaan itu jika tak kunjung serius untuk membangun smelter tersebut.

"Semuanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ya mereka dapat sanksinya. Sudah ada semua sampai terakhir pencabutan."

(ibn/wdh)

No more pages