Logo Bloomberg Technoz

Hari Ini Menguat, Benarkah Ujian Bagi Rupiah Telah Berakhir?

Ruisa Khoiriyah
24 October 2023 16:00

Ilustrasi Dolar AS (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi Dolar AS (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keputusan Bank Indonesia mengerek bunga acuan ke 6% demi mengerem tekanan pada rupiah yang terseret turbulensi pasar global, dikhawatirkan tidak memadai dalam menjaga nilai tukar ke depan di kala ketidakpastian masih tinggi.

Hari ini rupiah memang berhasil menguat setelah 'terbanting' mendekati Rp16.000/US$ kemarin. Akan tetapi, dengan masih tingginya kombinasi risiko dari krisis Timur Tengah yang bisa mengerek harga minyak dunia, ditambah arah bunga acuan Amerika Serikat yang dapat melesatkan tingkat imbal hasil surat utang AS serta menaikkan pamor dolar, akan sekuat apa rupiah bisa bertahan?

Rupiah terutama terperosok karena arus keluar modal asing yang belum terjeda. Sejak kuartal III lalu sampai data 17 Oktober lalu, nilai dana asing yang hengkang dari pasar domestik sedikitnya mencapai US$ 2,5 miliar, sekitar Rp39,85 triliun dengan kurs JISDOR 23 Oktober, menurut catatan Bank Indonesia. 

Analis pasar memperkirakan, arus keluar dana asing masih akan terus keluar dari pasar domestik sampai level imbal hasil surat utang RI bisa stabil dan rupiah berpotensi makin melemah ke Rp16.500/US$. "Potensi arus keluar modal asing terus berlanjut sampai yield obligasi dan nilai tukar rupiah stabil di Rp16.500/US$," kata Michael Setjoadi, Head of Institutional Equity RHB Sekuritas.

Dengan lanskap itu, BI kemungkinan akan terus mengerek bunga acuan lagi hingga ke 6,5% di sisa tahun ini meski itu bisa berdampak buruk bagi perekonomian akibat pengetatan moneter agresif.