Logo Bloomberg Technoz

Mengukur Otot Rupiah di Tengah Rezim Bunga Tinggi

Ruisa Khoiriyah
08 February 2023 07:01

Ilustrasi Rupiah (Brent Lewin/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah (Brent Lewin/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Aksi menaikkan bunga acuan masih terus berlangsung di berbagai negara di dunia. Yang terbaru, bank sentral Australia The Reserves Bank of Australia (RBA) mengerek lagi suku bunga pada Selasa (7/2/2023) sebesar 25 basis poin ke posisi 3,35%. Tingkat bunga itu menjadi level tertinggi dalam 10 tahun terakhir dan diharapkan bisa menjinakkan inflasi yang makin garang di Negeri Kanguru. 

Bank sentral Australia juga melempar sinyal akan melanjutkan kebijakan pengetatan moneter dalam beberapa waktu ke depan menyusul inflasi yang masih melesat di kisaran 6,9% pada akhir tahun lalu, jauh di atas perkiraan bank sentral di rentang 6,5%. Langkah bank sentral Australia itu menjadi langkah kesekian dari serangkaian aksi bank sentral yang terus berjalan di jalur pengetatan moneter sejak tahun lalu seiring lonjakan inflasi.

The Federal Reserves pada pekan lalu sudah menaikkan lagi bunga acuan kendati dalam level moderat sebesar 25 bps ke posisi 4,75%. Kenaikan moderat itu dinilai sebagai sinyal dovish oleh pasar. Namun, data ketenagakerjaan terbaru Amerika Serikat yang dirilis akhir pekan lalu menyalakan lagi spekulasi bahwa The Fed bakal kembali ke jalur hawkish tahun ini. 

Kekuatan pertumbuhan pekerjaan (Pekerjaan AS. (Source Bureau of labor statistic via Bloomberg)

Presiden The Federal Reserve Atlanta Rapahel Bostic mengungkapkan, data pasar tenaga kerja yang mengejutkan pada Januari mengerek kemungkinan bagi otoritas moneter AS untuk menaikkan bunga acuan lagi ke puncak yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Mengutip Bloomberg News pada Selasa, Bostic mengatakan, ia tetap pada pandangannya semula yang memperkirakan bunga acuan The Fed akan mencapai 5,1%, sejalan dengan perkiraan terakhir pada Desember dan posisi bunga akan tetap di sana selama 2024.  

Dari Eropa, sinyal berlanjutnya kenaikan bunga acuan juga masih kencang terdengar. Hasil pertemuan terakhir Bank Sentral Uni Eropa (ECB) pada 3 Februari yang memutuskan kenaikan 50 bps ke level 2,5%, melontarkan isyarat berlanjutnya kenaikan bunga di sisa tahun ini kendati harga energi global mulai melandai.