Logo Bloomberg Technoz

Berapa lama tekanan sentimen negatif dari downgrade rating Amerika itu akan membebani gerak pasar keuangan?

Sejauh ini, kontroversi menyoal keputusan Fitch Ratings tersebut masih tinggi. Sebagian kalangan menilai keputusan Fitch Ratings absurd bahkan 'cacat', disuarakan oleh pemerintah Amerika Serikat yang tidak terima downgrade tersebut.

Juga, beberapa ekonom yang menilai penurunan peringkat oleh Fitch tidak relevan dengan data terakhir perekonomian yang memperlihatkan resiliensi ekonomi Amerika yang baru saja menyingkirkan skenario resesi dari atas meja.

Sementara keputusan Fitch Ratings menggusur Amerika dari puncak tertinggi peringkat utang, dilatarbelakangi tumpukan utang Amerika yang menggunung dalam beberapa tahun terakhir, di mana itu sebagian besar karena penerbitan surat utang besar-besaran karena stimulus pandemi dan pemotongan pajak.

Pemerintah AS baru-baru ini juga meluncurkan program investasi untuk infrastruktur, teknologi, dan energi bersih. Sementara itu, bunga pinjaman di negeri itu melonjak karena Federal Reserves menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun.

Fitch memperkirakan utang AS akan mencapai 118% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2025, sekitar tiga kali lebih tinggi dari rata-rata 39% di antara negara-negara yang mendapat peringkat AAA. Hal itu memicu perkiraan bahwa rasio itu akan naik lebih tinggi lagi dalam jangka panjang. Itu, menurut analis, bisa membuat repot pemerintahan di Gedung Putih di masa mendatang.

"Pada akhirnya, jika defisit tidak diatasi, pajak akan dinaikkan ke titik di mana mesin ekonomi AS, di mana konsumen sangat penting, akan memiliki pendapatan yang jauh lebih sedikit," kata Quincy Krosby, kepala strategi global LPL Financial seperti dilansir oleh Bloomberg News.

Deja Vu 2011

Pemangkasan peringkat utang AS ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada 2011 lalu, untuk pertama kalinya lembaga pemeringkat Standard & Poor's menurunkan peringkat kredit AS dari posisi tertinggi AAA+ menjadi AA dengan outlook negatif.

Pemicunya sama, yaitu panasnya masalah batas plafon utang Amerika yang berlarut-larut dan akhirnya memaksa pemerintahan AS di bawah Presiden Barrack Obama menempuh penaikan debt ceiling sementara untuk menghindari default

Ketika itu, pasar langsung bergolak liar. Pasalnya, bukan cuma downgrade rating Amerika saja yang membuat pelaku pasar ketakutan sehingga menempuh aksi jual besar. Zona Euro ketika itu, pada saat yang sama tengah dikelilingi masalah gagal bayar dari banyak negara mulai Portugal, Italia, Yunani dan Spanyol. 

Reaksi pasar pasca pemangkasan peringkat utang Amerika Serikat oleh S&P pada 2011 lalu (Bloomberg)

Keputusan S&P memangkas rating utang dirilis pada 6 Agustus 2011, dampak terhadap pasar yang merosot tajam berlangsung sampai September. Wall Street merah membara dengan penurunan indeks S&P hingga 6,7% pada hari pertama perdagangan pasca keputusan S&P diumumkan.

Lalu melanjutkan penurunan 5,7% selama sebulan, berlanjut anjlok 7,3% pada September sebelum rebound pada Oktober 2011 sebesar 10,7%.

Dow Jones Industrial Average juga tergerus ketika itu selama Agustus-September. Sementara imbal hasil US Treasury, surat utang AS, justru mencatat kenaikan pasca keputusan downgrade dengan mencetak reli harga sampai 3,5% selama Agustus 2011. 

Alhasil, di antara triumvirat lembaga pemeringkat global yaitu S&P, Fitch Ratings dan Moody's, kini tersisa Moody's yang masih mempertahankan rating utang AS di posisi 'keramat' AAA, level tertinggi surat utang yang dikeluarkan sebuah negara.

Menurut analis, tekanan sentimen penurunan rating kredit AS itu kemungkinan tidak akan lama. Bahwa reaksi pasar saat ini terlihat cukup 'keras' dengan penurunan indeks di Wall Street yang menulari semua pasar di dunia, itu tidak bisa terlepas dari pandangan pelaku pasar yang apa adanya menilai kondisi utang Amerika memang jelek.

Dengan posisi defisit saat ini -6% dan rasio utang terhadap PDB bisa di atas 100%, pandangan itu tidak keliru. Akan tetapi, pada prakteknya, utang tinggi tidak selalu buruk. Itu yang diperlihatkan oleh Jepang. 

"Namun, persepsi pasar tidak selalu sama dengan ekonom. Begitu ada kesempatan, pelaku pasar yang memandang hal itu jelek pasti akan beraksi. Misalnya, para doom sayers yang bilang akan ada krisis fiskal Amerika, ini menjadi momentum bagi mereka," jelas Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas pada Bloomberg Technoz.

Indonesia Naik Peringkat

Di kala Amerika masih kebakaran jenggot akibat keputusan Fitch yang dinilai tidak berdasar dan ketinggalan zaman, demikian komentar keras Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Indonesia boleh sedikit berbangga karena di tengah tren penurunan peringkat utang.

Lembaga pemeringkat asal Jepang Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mengerek outlook perekonomian RI dari stabil menjadi positif dan mempertahankan peringkat surat utang RI di posisi BBB+, dua level di atas tingkat terendah investment grade.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani memaparkan, di tengah pukulan pandemi yang melemahkan banyak negara, tidak sedikit negara yang mencatat penurunan peringkat utang. Tak kurang dari 161 negara mendapatkan penurunan peringkat utang atau Sovereign Credit Rating dari lembaga pemeringkat Internasional, sementara Indonesia tetap berada dalam level stabil. 

“Mayoritas banyak negara banyak mengalami downgrade dan outlook negative,” ujarnya pada Sidang Paripurna DPR, akhir Mei lalu.

Selain R&I, lembaga pemeringkat S&P pada 5 Juli lalu juga mempertahankan peringkat Indonesia di posisi BBB dengan outlook stabil. Sementara, Moody's pada Februari 2022 lalu mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil. 

Fitch Ratings juga mempertahankan peringkat utang RI di posisi BBB (investment grade) dengan outlook stabil.

Analis memperkirakan, bila Indonesia bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah lebih baik dengan penguatan, tidak lama lagi peringkat utang RI akan semakin naik kelas menjadi BBB+.

"Indonesia berkebalikan dengan Amerika, ada potensi upgrade ke BBB+. Defisit kita terkendali, baik defisit anggaran maupun current account deficit," kata Lionel. Ia memperkirakan, upgrade peringkat surat utang RI akan diumumkan setelah tekanan depresiasi nilai tukar rupiah terlewati.

(rui/aji)

No more pages