Pada insentif BEV, usulan insentif diberikan berdasarkan penggunaan baterai. Baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt) akan dikenakan diskon PPN 100%, dan penggunaan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) maka PPN akan dikenakan 6% setelah pemberian insentif sebesar 50%.
Sementara itu opsi kedua lebih berfokus pada pembebasan PPN sebanyak 100% untuk ICE di bawah Rp275 juta, Hybrid dan BEV di bawah Rp375 juta dan Commercial Pick up di bawah Rp275 juta. Sedangkan skema insentif pada BEV tetap menggunakan skenario seperti opsi pertama.
Bloomberg Technoz sudah berupaya mengonfirmasi poin-poin dalam pembahasan tersebut melalui Gaikindo, namun sejumlah pimpinan Gaikindo belum memberikan respons.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam mengaku belum mengetahui mengenai bentuk insentif yang akan dikucurkan tersebut, yang jelas, Bob bilang bahwa ia mengetahui bahwa insentif tersebut merupakan inisiatif dari Kementerian Perindustrian.
“Bagus kalau tujuan nya untuk perkuat domestic demand yang sedang loyo. Bahkan kalau tidak di intervensi, takhta sebagai market terbesar di ASEAN bisa di take over Malaysia,” kata Bob kepada Bloomberg Technoz, Selasa (23/12/2025).
Pengamat Otomotif, Yannes Martinus Pasaribu menganggap bahwa pemberian insentif ini akan semakin menggerakan pasar hybrid dan ICE di tengah gempuran mobil listrik saat ini.
“Jika terjadi implementasi insentif untuk kendaraan HEV dan ICE di tengah pencabutan subsidi impor BEV maka akan terjadi koreksi pasar yang drastis” kata Yannes kepada Bloomberg Technoz, Selasa (23/12/2025)
“Preferensi konsumen low cost car range [Rp] 200-350 jutaan yang notabene segmen pasar otomotif terbesar di Indonesia sebagiannya akan berbalik arah meninggalkan BEV menuju kendaraan hybrid yang secara operasional lebih praktis dan kini harganya semakin kompetitif atau bahkan kembali ke ICE yang teknologinya sudah sangat matang”
Menurut Yannes, bagi Agen Pemegang Merek (APM) konvensional ini jelas menjadi safety net ekosistem industri otomotif mereka yang masih memakai sunset technology, terutama jejaring prinsipal Jepang dan ribuan vendor industri komponen lokal Tier 2-3, agar tidak mati mendadak akibat disrupsi EV, sekaligus menjaga stabilitas tenaga kerja di sektor manufaktur padat karya.
Penjualan Mobil 2025 Lesu
Sebelumnya, Gaikindo juga harus rela merevisi target penjualan mobil sepanjang tahun 2025. Pasalnya, tahun 2025 dinilai menghadapi berbagai rintangan di pasar kendaraan roda empat Tanah Air.
“Benar, [target penjualan mobil 2025] sudah direvisi ke 780 ribu unit dari 900 ribuan,” kata Ketua Gaikindo Jongkie Sugiarto pada Bloomberg Technoz, Kamis (11/12/2025).
Penjualan mobil di sepanjang Januari hingga November tahun ini tercatat sebesar 710.084 unit. Angka ini turun 9,6% dari penjualan tahun sebelumnya yang tercatat 785.917 unit secara wholesales.
Sementara itu secara retail sales, penjualan hingga November tercatat sebesar 739.977 unit atau lebih rendah 8,4% dibandingkan dengan penjualan ritel di periode yang sama tahun lalu sebanyak 807.586 unit.
Jika dilihat penjualan mobil di bulan November saja secara wholesales sebanyak 74.252 unit atau naik 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebanyak 74.014 unit. Sedangkan untuk ritel sales tercatat 79.310 unit atau naik 6,1% dibandingkan bulan sebelumnya 74.720 unit.
(ain)































