Logo Bloomberg Technoz

Menurut Alamsyah, biometrik bukanlah kata sandi (password) yang bisa diganti. Dia menjelaskan, sekali penggunanya memakai teknologi itu, maka akan digunakan secara berkelanjutan.

Tak hanya itu, kata dia, dalam pelanggaran privasi, terdapat risiko seumur hidup jika terjadi kebocoran. Alamsyah menyebut apabila password bocor, pemiliknya masih dapat menggantinya. 

“Tapi kalau udah sidik jari, face recognition, makanya seumur hidup kita bisa di-extraction (diekstrasi) oleh orang lain,” ujar dia dalam acara diskusi mengenai “Registrasi Pelanggan Seluler Menggunakan Data Kependudukan Biometrik Face Recognition”, dikutip dari kanal YouTube Kemkomdigi TV, Kamis (18/12/2025).

Risiko kedua, lanjut Alamsyah, mengenai ekslusi sosial. Dia memandang banyak yang lupa terkait social exclusion dengan perkembangan digital. Kelompok-kelompok yang kerap mengalami ekskusi sosial yakni lanjut usia (lansia), difabel, pekerja informal, sampai penduduk di daerah terpencil (remote area).

Lanjut Alamsyah, risiko ketiga atau terakhir terkait penyimpangan misi (mission creep), misalnya digunakan untuk pengawasan massal, seperti yang dilakukan di China. Lalu ada ekstrasi nilai (value extraction) untuk profiling politik dan ekonomi, misalnya dapat diekstrasi untuk kepentingan kampanye politik maupun ekonomi. 

“Jadi enggak seperti yang kita bayangkan, kita mau bikin registrasi itu bagus, tapi justru mempermudah perilaku-perilaku seperti ini. Dengan kata lain, registrasi yang akurat itu tidak cukup, dia harus disertai dengan kemampuan mengidentifikasi titik-titik rawannya dan memitigasi,” pungkas Alamsyah.

(ell)

No more pages