Di samping itu, saham–saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT Citatah Tbk (CTTH) yang melesat 34,5%, saham PT Mitra Investindo Tbk (MITI) melonjak 25%, dan saham PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) melejit 25%.
Saham–saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya saham PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR) yang amblas 14,8%, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) yang jatuh 14,8%, dan saham PT Harapan Duta Pertiwi Tbk (HOPE) yang ambruk 14,5%.
Bursa Asia lainnya turut menguat, senada dengan IHSG. Index TOPIX (Jepang), Hang Seng (Hong Kong), Straits Time (Singapura), KOSPI (Korea Selatan), NIKKEI 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), KLCI (Malaysia), Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), TW Weighted Index (Taiwan), SENSEX (India), Shanghai Composite (China), dan SETI (Thailand) berhasil menguat masing–masing 1,98%, 1,75%, 1,45%, 1,38%, 1,37%, 0,78%, 0,76%, 0,66%, 0,63%, 0,62%, 0,58%, 0,41%, dan 0,04%.
Dari dalam negeri, apresiasi rupiah menjadi sentimen positif bagi IHSG. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah terus–menerus menguat dan solid di hadapan dolar Amerika Serikat.
Pada tutup perdagangan di pasar spot, US$1 setara dengan Rp16.640. Rupiah menguat 0,21%. Ini merupakan penguatan harian terbesar rupiah dalam hampir sepekan.
Penguatan rupiah sejalan dengan pelemahan Dollar Index dalam beberapa hari. Dengan inflasi AS yang terus mereda dan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menegaskan kenaikan suku bunga tak lagi menjadi opsi, pelaku pasar jadi semakin yakin tren pelonggaran akan berlanjut di 2026.
Arus modal asing yang masih berlanjut baik di pasar saham serta surat utang negara, dan terus membesar menyerbu aset–aset di emerging market, memperkuat skenario pemangkasan bunga acuan The Fed akan terus berlanjut pada tahun depan.
Investor ramai memburu surat utang berimbal hasil tinggi seperti Surat Utang Negara (SUN) yang sampai penutupan hari ini, terpantau membukukan reli harga.
Efeknya, saat rupiah menguat, beban utang luar negeri masing–masing emiten perusahaan akan terpangkas. Apalagi bagi emiten yang mengumpulkan pendapatan dalam rupiah.
Pada nantinya, berpotensi membuat bertambahnya nilai laba bersih perusahaan. Ketika laba emiten mencatat pertumbuhan, investor bisa berharap menikmati datangnya dividen yang memetik keuntungan dari saham.
(fad/aji)





























