Logo Bloomberg Technoz

Yang paling menonjol adalah lonjakan persepsi pendapatan saat ini, yang melonjak 4,4 poin ke level 121,5—tertinggi dalam beberapa bulan terakhir dan menjadi indikasi positif bagi konsumsi jangka pendek.

Ekspektasi Pendapatan Naik dan Belanja Barang Menguat

Indikator berorientasi ke depan turut mencerminkan optimisme yang semakin solid. Ekspektasi pendapatan untuk enam bulan mendatang naik ke 140,6. 

“Kenaikan ini menegaskan keyakinan rumah tangga terhadap stabilitas pendapatan, di tengah inflasi yang mulai mereda serta dukungan fiskal yang masih berlanjut,” tulis riset tersebut.

Selain itu, indeks pembelian barang tahan lama meningkat ke 109,4. Kenaikan ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk melakukan belanja non-esensial mulai pulih, seiring berkurangnya tekanan finansial rumah tangga. 

Ekspektasi ketersediaan pekerjaan dalam enam bulan ke depan juga naik 3,3 poin menjadi 135,3, yang mengindikasikan kepercayaan yang membaik terhadap pasar tenaga kerja saat memasuki awal 2026.

Stimulus Pemerintah Mulai Tunjukkan Hasil

Penguatan keyakinan konsumen dipandang menjadi penopang penting bagi ekonomi Indonesia, terutama di tengah permintaan domestik yang masih bergerak tidak merata. Dengan inflasi yang terkendali, suku bunga yang tetap akomodatif, serta program bantuan fiskal yang berlanjut, konsumsi rumah tangga diprediksi membaik dalam beberapa kuartal mendatang.

Optimisme konsumen terhadap ekonomi Indonesia ini juga merupakan hasil nyata dari berbagai stimulus kebijakan Presiden RI Prabowo Subianto yang fokus pada ekonomi kerakyatan. 

Program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Bantuan Pangan, stimulus bagi UMKM, serta dorongan bagi industri padat karya dinilai memberikan efek langsung terhadap daya beli, stabilitas pendapatan, dan persepsi masyarakat terhadap prospek ekonomi ke depan. 

Kombinasi kebijakan tersebut memperkuat pondasi konsumsi rumah tangga, yang menjadi motor utama pertumbuhan nasional.

Meski demikian, Riset Samuel Sekuritas Indonesia mengingatkan bahwa risiko makro global tetap perlu diperhatikan. Volatilitas keuangan internasional, ketidakpastian ekspor, hingga tensi geopolitik dapat memengaruhi aliran modal dan nilai tukar, yang pada akhirnya berdampak pada daya beli masyarakat.

Kendati begitu, angka November memberikan sinyal kuat bahwa pondasi permintaan domestik Indonesia kian solid. Dengan sentimen konsumen yang menguat, konsumsi diperkirakan akan menjadi salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi menuju 2026.

(tim)

No more pages