Namun, setelah beberapa pekan pasar agresif mengambil posisi, kini investor justru cenderung menahan diri. Banyak yang menunggu kejelasan, apakah pemangkasan tersebut menjadi sinyal awal siklus easing yang lebih panjang pada 2026, atau justru sekadar langkah minimal untuk merespons perlambatan ekonomi AS?
Ketidakpastian seperti ini membuat sebagian investor memilih tidak menambah eksposur jangka panjang menjelang liburan akhir tahun, terutama saat ini volatilitas masih mengintai. Hasil lelang yang menunjukkan dominasi penawaran tenor pendek, Rp13,21 triliun atau sebanyak 70,1% dari total incoming bids, mengindikasikan preferensi investor terhadap instrumen jangka pendek, yang dianggap cenderung lebih aman dan likuid.
Ketidakpastian Domestik
Dari dalam negeri, beban baru juga muncul seiring dengan timbulnya biaya yang harus dikeluarkan untuk rehabilitasi infrastuktur pasca banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, dengan nilai Rp51,82 triliun. Besarnya nilai biaya perbaikan infrastruktur ini jadi beban fiskal baru bagi Indonesia dan membuat kebutuhan pemerintah akan pembiayaan semakin tinggi.
"Kementerian Keuangan akan menghadapi jatuh tempo SBN senilai Rp77,75 triliun dan USD 3,82 miliar pada kuartal I-2026, yang mengindikasikan perlunya penerbitan INDON dalam jumlah besar untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo tersebut. Penerbitan SBN rupiah secara front-loaded juga sangat mungkin dilakukan mengingat urgensinya," kata Lionel Priyadi, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, dalam laporannya, Rabu (10/12/2025).
Dengan beban pembiayaan yang tinggi dan kebutuhan fiskal mendesak, tidak tersedia ruang bagi pemerintah untuk sedikit bernafas.
Meski minat investor turun dalam lelang ini, struktur penawaran cenderung positif. Pada lelang 9 Desember, porsi penawaran untuk tenor panjang (≥13 tahun) mencapai Rp5,64 triliun atau 29,9% dari total incoming bids, dengan pemerintah memenangkan sekitar Rp3,2 triliun atau 40% dari total absorbed value.
Hal ini menunjukkan pemerintah setidaknya tetap mampu menjaga keseimbangan kurva imbal hasil, tidak hanya mengandalkan tenor pendek yang kini lebih diminati investor. Respons pemerintah dapat dikatakan cukup dapat menyesuaikan dengan kondisi dan minat pasar saat ini dan berhasil menjaga biaya utang tetap kompetitif.
Berikut daftar SBSN yang dilelang kemarin dan nilai yang dimenangkan:
|
Seri |
Penawaran Masuk |
Nilai yang Dimenangkan |
Yield Rata-Rata |
|
SPNS12012026 |
Rp1,730 triliun |
Rp1,450 triliun |
4,50% |
|
SPNS01062026 |
Rp0,46 miliar |
- |
- |
|
SPNS10082026 |
Rp5,800 triliun |
Rp1,550 triliun |
4,83% |
|
PBS030 |
Rp3,438 triliun |
Rp1,200 triliun |
5,24% |
|
PBS040 |
Rp1,790 triliun |
Rp0,600 triliun |
5,60% |
|
PBS034 |
Rp2,2215 triliun |
Rp0,250 triliun |
6,37% |
|
PBS039 |
Rp0,400 triliun |
Rp0,200 triliun |
6,51% |
|
PBS038 |
Rp3,0199 triliun |
Rp2,750 triliun |
6,75% |
(riset/aji)
































