Logo Bloomberg Technoz

Menurut Adrian, periode pertumbuhan M2 secara historis berhubungan dengan pemulihan ekonomi dan peningkatan laba emiten. Pada fase seperti ini, saham cenderung mengungguli obligasi karena karakter ekonomi menjadi lebih inflasioner, sementara aset berisiko lebih responsif terhadap ekspansi likuiditas.

Rezim pelonggaran likuiditas tersebut telah menekan yield obligasi negara. Adrian mencatat imbal hasil SBN baik tenor pendek maupun panjang mengalami penurunan signifikan sepanjang 2025.

“Kalau tahun lalu SBN masih bisa di atas 7%, sekarang imbal hasil tenor satu tahun turun ke kisaran 5%,” katanya. Untuk tenor sepuluh tahun, penurunan tercatat hampir 100 basis poin, sedangkan tenor satu tahun turun sekitar 200 basis poin.

Di sisi lain, imbal hasil dividen saham justru tidak ikut turun. Banyak emiten masih menawarkan dividend yield 7%–10%. Kondisi ini menciptakan selisih (spread) yang tidak lazim antara dividen saham dan yield obligasi jangka pendek.

Adrian menyebut fenomena serupa terakhir kali terjadi pada 2021. Kala itu, pasar saham bergerak positif setelah dividend yield kembali berada di atas obligasi.

“Sejak September 2025, rotasi sebagian dana ke saham mulai terjadi karena yield obligasi turun sementara dividen saham tetap tinggi,” ujarnya.

Mandiri Sekuritas juga menghitung ulang skenario dividen untuk 2026. Bahkan dengan asumsi konservatif terhadap pertumbuhan laba, estimasi dividend yield diperkirakan masih dapat berada pada kisaran 5,1%. Dalam skenario optimistis, dividen dapat mencapai lebih dari 6% yang akan dibayarkan pada kuartal II/2026, kurang dari satu tahun sejak sekarang.

Menurut Adrian, jika diannualisasi, tingkat pengembalian tersebut dapat setara dengan sekitar 12%.

Merujuk data OJK per September 2025, Adrian mengatakan porsi investasi dana pensiun dan asuransi domestik dalam instrumen saham telah turun hampir setengah dalam sembilan tahun terakhir, seiring pergeseran ke obligasi.

Dengan yield obligasi yang kini lebih rendah akibat kebijakan pelonggaran, potensi rotasi dana kembali ke aset saham menjadi lebih besar. “Jika yield obligasi turun 100 basis poin, maka rotasi ke ekuitas dapat mengimbangi penurunan itu dengan return sekitar 10%, gabungan dari dividen 6% dan potensi capital gain 4%,” jelasnya.

Dari sisi valuasi, Adrian menilai level pasar masih menawarkan ruang kenaikan. IHSG berada pada sekitar 13,7 kali Price to Earnings (PE) ratio. Namun kelompok saham IDX30, yang berisi 30 saham terbesar dan terlikuid, masih diperdagangkan pada kisaran 10,7 kali PE.

Ia menyebut valuasi yang tertinggal di IDX30 memungkinkan masuknya kembali investor asing jika pemulihan ekonomi berlanjut.

(dhf)

No more pages