Eskalasi ini juga menjadi tantangan bagi Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, di mana perhitungan politik, negosiasi perdagangan, dan posisi domestiknya tengah di ujung tanduk.
Juru bicara militer Thailand, Winthai Suvaree mengecam Kamboja karena menembakkan roket melintasi perbatasan. Winthai menyebutnya sebagai "pelanggaran kedaulatan dan ancaman serius bagi keamanan publik." Dia mengatakan operasi militer Thailand sesuai dengan hukum internasional.
Thailand menyatakan angkatan udara dan angkatan lautnya akan terus mendukung militer dalam melawan serangan Kamboja.
Anutin berjanji akan melanjutkan serangan demi melindungi kedaulatan Thailand dan mengesampingkan perundingan hingga Kamboja sepenuhnya menghentikan serangannya.
Gelombang kekerasan terbaru ini membara setelah lima hari bentrokan militer pada Juli, yang paling mematikan dalam sejarah modern, menewaskan hampir 40 orang dan memaksa lebih dari 300.000 orang mengungsi.
Perjanjian gencatan senjata dicapai beberapa hari kemudian melalui pembicaraan di Malaysia. Lalu, perjanjian damai ditandatangani pada Oktober dalam upacara yang dipimpin oleh Presiden AS Donald Trump.
Perjanjian tersebut mencakup penempatan pengamat dari Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk membantu menjaga perdamaian.
(bbn)
