Logo Bloomberg Technoz

Dalam perdagangan Jumat (5/12/2025), yield tenor 5 tahun pendek naik 2,9 basis poin (bps) menjadi 5,68% dan tenor 2 tahun naik 2,2 bps jadi 5,08%. 

Sementara dari sisi global, pasar US Treasury menunjukkan sentimen bearish, meski peluang pemangkasan suku bunga The Fed makin besar. Yield 10 tahun UST naik 3,7 bps menjadi 4,14%, sementara tenor 30 tahun dan 2 tahun masing-masing naik ke 4,79% dan 3,56%. 

Investor global mulai mengkhawatirkan dua hal. Pertama The Fed mungkin memangkas suku bunga terlalu cepat sementara inflasi masih melemah.

Kedua adanya tekanan politik dari Presiden Donald Trump untuk mempercepat pelonggaran dianggap mengikis kredibilitas bank sentral. Kecurigaan pasar bahwa The Fed tunduk pada tekanan politik, membuat kenaikan yield di UST menjadi tak terhindarkan. 

Kondisi global yang serba tak pasti ini merembet ke emerging markets, termasuk Indonesia. Sentimen ini membuat arus modal kembali mencari perlindungan ke aset safe haven, rupiah berada kembali di rentang rentan Rp16.650-16.750/US$.

Di sisi lain, data makro dari dalam negeri masih menunjukkan kondisi stabil sekaligus rentan. Naiknya cadangan devisa November menjadi US$150,06 miliar memberi bantalan tambahan bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah.

Akan tetapi, kenaikan ini belum mampu menopang rupiah lebih lama di tengah derasnya tekanan eksternal. Terlebih, adanya persepsi pasar bahwa kebijakan ‘rumah tangga’ Indonesia juga masih tarik-menarik antara fiskal versus moneter. 

(riset/aji)

No more pages