Komentar tersebut bernada lebih dovish dibandingkan anggota ECB lainnya, yang telah menolak pemotongan suku bunga lebih lanjut setelah memangkasnya menjadi 2% dari 4% sejak pertengahan 2024 seiring meredanya inflasi.
Pada November, harga konsumen naik 2,2% dibandingkan tahun lalu, naik dari 2,1% pada bulan sebelumnya. Namun, proyeksi terbaru ECB memperkirakan inflasi rata-rata 1,6% pada kuartal pertama 2026, sebelum mencapai 2% lagi pada tahun berikutnya.
Villeroy menyebut gagasan bahwa ECB akan menoleransi inflasi di bawah tetapi mendekati 2% untuk jangka waktu yang lama sebagai "kesalahpahaman." Ia juga menekankan bahwa tidaklah tepat untuk berfokus pada besarnya penyimpangan tersebut, dengan mengatakan bahwa yang penting adalah seberapa persistennya penyimpangan tersebut.
"Penyimpangan positif dan negatif dari 2%, jika bertahan lama, sama-sama tidak diinginkan," ujarnya. "Perlu saya tegaskan: kami tidak 'menyimpan dana' untuk menciptakan penyangga dengan batas bawah yang efektif."
Mengulangi bahasa yang digunakan oleh sebagian besar Dewan Pengurus, Villeroy mengatakan ECB "berada di posisi yang baik," tetapi posisi tersebut "tidak nyaman atau tetap."
"Tujuan utama pertemuan kami di masa mendatang tetap sepenuhnya opsional," ujarnya. "Kami tidak mengecualikan tindakan kebijakan apa pun."
Villeroy juga menegaskan bahwa ECB akan mengambil keputusannya berdasarkan setiap pertemuan. Namun, ia mengatakan hal itu tidak berarti analisis statis dan prospek serta risiko harus diperhitungkan karena perubahan kebijakan membutuhkan waktu untuk berdampak pada perekonomian.
"Setiap pertemuan bukan berarti mengabaikan masa depan," ujarnya. "Keterlambatan transmisi membuat analisis berwawasan ke depan menjadi penting, itulah sebabnya proyeksi kami memainkan peran krusial dalam proses pengambilan keputusan."
ECB akan memperbarui perkiraannya bersamaan dengan keputusan kebijakan berikutnya pada 18 Desember.
(bbn)





























