Logo Bloomberg Technoz

Sedangkan, kenaikan terjadi pada Juni sebesar 0,05% setara US$0,078 miliar, Maret naik 1,67% sebesar US$2,58 miliar, dan Oktober naik 0,80% sebesar US$1,96 miliar. 

Cadangan Devisa Indonesia per 5 Desember 2025. (Sumber: Bloomberg)

Dari data terlihat jika persentase penurunan cadev cenderung lebih besar daripada kenaikan. Kenaikan cadev berkisar di rentang 0,05% hingga 1,67%, sementara penurunan cenderung lebih dalam yaitu 0,84% sampai 2,94%. 

Jika menengok kembali pada April, penurunan cadev mencerminkan langkah agresif Bank Indonesia untuk menstabilkan rupiah yang saat itu berada di titik terlemahnya. 

Pada Senin, 7 April 2025, rupiah sempat tembus Rp17.261/US$, salah satu level terburuk sepanjang tahun. Intervensi BI yang masif pada hari yang sama berhasil meredam gejolak dan mendorong rupiah kembali ke level Rp16.883/US$. Rupiah stabil, tetapi cadev berkurang dalam jumlah besar.

Sebaliknya, naiknya cadev pada bulan Oktober dan November bukan ditopang oleh neraca dagang atau capital inflow. Peningkatan tersebut lebih terkerek oleh penerbitan obligasi pemerintah, penerimaan pajak dan jasa sehingga transaksi masuk ke arus kas pemerintahan, serta upaya stabilisasi Bank Indonesia (BI). 

Bisa dikatakan stabilnya cadev saat ini sangat bergantung pada tekanan eksternal dan strategi domestik. 

Rupiah Bertahan

Nilai tukar rupiah terlihat bergerak cukup defensif dalam perdagangan di akhir November hingga awal Desember di kisaran RP16.500-Rp16.700 per US$. Beberapa kali, BI harus melakukan intervensi untuk meredam volatilitas nilai tukar mata uang. Upaya BI ini tidak hanya menjaga kurs valuta asing, tetapi juga menjaga persepsi stabilitas eksternal Indonesia agar menarik bagi investor global.

Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih dalam mode bertahan. Hari ini Jumat (5/12/2025) rupiah dibuka melemah 0,02% dan ditutup kembali menguat tipis 0,04%. Kondisi ini mengindikasikan kerentanan rupiah lantaran ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan pergerakan imbal hasil (yield) obligasi AS, juga dinamika risk appetite global yang cenderung volatil.  

Menjaga Stabilitas

Kondisi cadev saat ini setidaknya memberikan ruang bagi BI dalam menghadapi turbulensi perekonomian global. Namun, sepanjang tahun 2025 data cadev ini juga menunjukkan jika ketahanan eksternal Indonesia masih sangat reaktif terhadap guncangan global, dan sentimen yang mengikutinya. 

Selama capital inflow belum pulih, dan ekspor belum kembali kuat, stabilitas eksternal Indonesia masih akan terus bergantung pada kebijakan aktif, bukan oleh pasar. Saat ini, dengan cadev tersisa Indonesia telah berhasil bertahan, setidaknya untuk 6 bulan pembayaran impor.  


(dsp/aji)

(riset/aji)

No more pages