Logo Bloomberg Technoz

Menurut dia, selama ini diskusi di Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) kerap berjalan sektoral. Ia menilai koordinasi akan jauh lebih efektif ketika peran Bank Indonesia terkait pertumbuhan ekonomi tertuang jelas dalam regulasi.

Purbaya menceritakan bagaimana kebijakan fiskal pernah mendorong optimisme pelaku pasar. “Minggu pertama saya gelontorkan uang Rp200 triliun ke sistem perekonomian. Itu membangkitkan semangat. Bursa saham naik. Waktu ke Rp8.000 lebih sudah senang orang,” katanya. 

Ia menegaskan optimismenya bahwa tren naik tersebut berlanjut. “Sekarang Rp8.600 itu lumayan, ini akan naik terus. Karena kita mengerti betul penyakit kita. Dengan framework yang baru, kita bisa berkoordinasi dengan bank sentral lebih baik lagi.”

Purbaya sempat menyoroti dinamika uang primer (M0). Ia menjelaskan pertumbuhan M0 yang sebelumnya meningkat dari hampir 0% ke 13% kembali turun menjadi sekitar 7% pada Oktober. 

“Saya juga bingung ada apa tuh. Saya nggak peduli, saya injek lagi,” katanya. Ia menyampaikan bahwa Kementerian Keuangan menambah likuiditas sebesar Rp76 triliun dan berharap angka bulan November kembali naik. 

Ia mencatat adanya indikasi penyerapan likuiditas melalui instrumen SRBI oleh Bank Indonesia. “Yang jelas ada penyerapan uang lebih di sana. Yang menekan itu ke bawah,” ucapnya.

Ia menegaskan pentingnya koordinasi kebijakan yang lebih selaras. “Kalau nanti ke depan bisa lebih terbuka, lebih menyatu, kita bisa samakan pandangan dengan lebih cepat,” katanya. 

Menurut Purbaya, kunci stabilitas jangka panjang adalah memaksimalkan instrumen yang dimiliki BI, OJK, LPS, dan Kementerian Keuangan untuk memastikan ekonomi terus tumbuh dan sistem keuangan tetap sehat. 

“Sehingga tidak pernah sampai LPS. Artinya, kalau ekonomi tumbuhnya bagus terus, sistem keuangannya bagus, perbankannya sehat, BI juga tenang, rupiahnya stabil, nggak sampai krisis,” ujarnya.

(dhf)

No more pages