“Ini bukan soal geopolitik,” tegasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Pada November, sepertinya permintaan CPO masih lesu. AmSpec Agri dan Intertek Testing Services memperkirakan ekspor CPO Malaysia pada 1-25 November jatuh masing-masing 16,4% dan 18,8% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya.
Analisis Teknikal
Jadi bagaimana ‘ramalan’ harga CPO untuk bulan ini? Apakah akan terjadi penurunan empat bulan beruntun?
Secara teknikal dengan perspektif bulanan (monthly time frame), CPO masih menghuni zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Namun RSI CPO belum jauh di bawah 50 sehingga boleh dibilang cenderung netral.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 15. Sudah di bawah 20 yang berarti jenuh jual (oversold).
Untuk perdagangan Desember, ada kemungkinan harga CPO bisa bangkit. Maklum, koreksinya sudah lumayan dalam, sudah turun empat bulan berturut-turut.
Cermati pivot point di MYR 4.232/ton. Dari sini, harga CPO berpotensi mengetes resisten MYR 4.268/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5. Target resisten berikutnya ada di MYR 4.426/ton yang adalah MA-50.
Andai turun lagi, maka harga CPO berisiko menguji support MYR 4.081/ton. Penembusan di titik ini bisa saja melongsorkan harga ke kisaran MYR 4.069-3.592/ton.
(aji)




























